Sabtu, 26 Desember 2015

BALANCE RATION, PROTEIN SUPPLEMENT DAN TDN





Balance Ration

Balance ration adalah pakan atau dengan kandungan nutrisi dalam jumlah dan proporsi yang memenuhi kebutuhan fisiologis, reproduksi dan produksi ternak. Balance ration dapat mensuplai zat-zat gizi yang berbeda secara proporsional bagi ternak yang mengkonsumsinya bila diberikan dalam jumlah yang tepat. Ransum untuk pakan ternak dikatakan seimbang apabila diberikan kepada ternak dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak yaitu kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan hidup produksi tanpa menimbulkan gangguan kesehatan bagi ternak yang mengkonsumsinya. Ransum yang seimbang dapat disusun dengan analisa seluruh bahan pakan yang akan digunakan sebagai penyusun ransum atau dapat mengacu pada buku pedoman yang mencantumkan kandungan-kandungan gizi setiap bahan. Penyusunan ransum yang tepta sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan yang dipergunakan. Perubahan nilai nutrisi bahan-bahan makanan dapat disebabkan terutama oleh pengolahn dan penyimpanan. Untuk memilih bahan-bahan makanan yang akan dipergunakan dalam ransum, harus diketahui dahulu kandungan zat-zat makanan dalam dalam bahan pakan tersebut. Dengan demikian kekurangan salah satu zat pakan dapat ditutupi dengan menggunakan pakan yang mengandung zat pakan tersebut.
Standar kebutuhan pakan harus yang digunakan sebagai acuan kebutuhan ternak disesuaikan dengan kondisis ternak disertai dengan tabel komposisi pakan yang menyediakan informasi berhubungan dengan komposisi nutrisi pakan yang digunakan dalam balance ration. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun ransum seimbang antara lain faktor zat gizi dan faktor biaya. Pengunaan bahan pakan yang murah dan kandungan nutrisi yang dapat memenuhi kebutuhan ternak dalam menyusun ransum akan sangat menguntungkan bagi peternak.
Beberapa strategi untuk menghindari pakan berlebih antara lain dengan cara mengelompokkan dan memberi pakan ternak sesuai dengan kebutuhan nutrisinya, membuat rasio nutrisi .Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan zat-zat pakan dan memperlihatkan hubungan-hubungan yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi dan kualitas produksi. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan zat-zat pakan dan yang sangat penting untuk diperhatikan adalah hubungan-hubungan antara : (1) makanan dan genetik; (2) makanan dan penyakit dan cekaman-cekaman lainnya, (3) hubungan-hubungan lain yang menyangkut fungsi khusus untuk tujuan produksi misalnya untuk menjaga ualitas telur omega tiga dll.
Bahan pakan harus seimbang dalam menyediakan zat makanan yang dapat digunakan untuk membangun dan menggantikan bagian tubuh yang rusak, serta memberikan energi untuk produksi seperti susu, telur, daging, dan wool. Seperti pada sapi perah zat makanan yang baik untuk hidup pokok dan hidup produksi terdiri dari protein, energi, mineral, vitamin, dan air. Energi yang dibutuhkan diperoleh dari lemak, dan protein, sedangkan kebutuhan energi terbesar diperoleh dari karbohidrat. Sapi perah sebaiknya dikelompokkan dan diberi pakan menurut produksi susu dan status produksinya Nutrisi yang harus diseimbangkan untuk ternak antara lain protein, energi, kalsium, dan phosphor. Protein merupakan sumber energi yang mahal dibandingkan karbohidrat dan lemak. Penyeimbangan rasio (ransum yang seimbang) juga bisa menghemat uang dengan mencegah pemberian pakan yang berlebih dari jenis nutrisi yang mahal seperti protein.

Protein Supplement

Pakan harus mengandung semua nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah yang seimbang. Nutrien yang dibutuhkan oleh ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur anorganik atau mineral (Ca, P, Mg, Na, K, Cl, I, Zn, Fe, Cu, Co, Mn, Mo, Se). Penyusunan komposisi pakan yang tidak proporsional mengakibatkan gangguan metabolisme dalam tubuh ternak dan pengaruh selanjutnya pada tampilan produksinya tidak akan maksimal, karena ternak mengalami defisien pada satu atau beberapa jenis nutrien Defisiensi nutrien pada ternak merupakan suatu kondisi ketika sebuah atau beberapa nutrient yang dikonsumsi dan diserap tidak mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan penurunan performans produksi atau timbulnya gejala klinisdan bahkan kematian.
Pada penyusunan formulasi pakan secara praktis, perhitungan kebutuhan nutrien hanya didasarkan pada kebutuhan energi dan protein, sedangkan kebutuhan nutrien yang lain disesuaikan. Apabila ternak menunjukkan gejala defisien maka perlu ditambahkan suplemen terutama vitamin dan mineral. Tingkat kandungan energi pakan harus disesuaikan dengan kandungan proteinnya, karena protein sangat penting untuk pembentukan jaringan tubuh dan produksi. Apabila energi terpenuhi namun proteinnya kurang maka laju pertumbuhan dan produksi akan terganggu. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan keseimbangan antara tingkat energi dan protein sehingga penggunaan pakan menjadi efisien.
Protein adalah persenyawaan organik kompleks yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, nitrogen, fosfor dan sulfur. Protein tersusun atas lebih dari 20 persenyawaan organik yang disebut asam amino. Protein dibutuhkan ternak sebagai pembentuk jaringan dan produksi. Jaringan tubuh ternak mampu mensintesis beberapa asam amino. Sebagian asam amino lain tidak dapat disintesis sehingga harus tersedia dalam ransum. Asam amino yang dapat disintesis dalam tubuh disebut asam amino non esensial, sedangkan yang tidak dapat disintesis dalam tubuh disebut asam amino esensial. Dalam penyusunan ransum, idealnya semua asam amino esensial dan kandungan nitrogen cukup terpenuhi guna sintesis asam amino esensial. Apabila ransum defisien asam amino esensial maka dapat mengganggu pertumbuhan dan produksi ternak.
Defisiensi protein yang hebat atau sebuah asam amino tunggal ternak akan mengalami kehilangan pertumbuhan rata-rata 6 – 7%, pada ayam petelur dapat menyebabkan molting yang hebat dan produksi telur berhenti (Wahyu, 1997). Atas dasar pertimbangan tersebut, maka dalam penyusunan ransum diperlukan tambahan protein (asam amino sintetik) atau protein supplement yang kaya akan kandungan asam-asam amino esensial. Asam amino esensial tersebut antara lain arginin, lisin, glisin, histidin, leusin, isoleusin, sistin, phenilalanin, tirosin, threonin, tryptophan, valin dan metionin. Penggunaan protein supplement biasanya dicampurkan dalam premiks, konsentrat atau langsung ke dalam ransum ternak.
Dari jenis asam amino esensial tersebut, metionin dan lisin yang lebih banyak defisien. Asam amino lisin dan metionin biasanya dipakai dalam jumlah 0,1 hingga 0,2% tergantung banyaknya pemakaian protein nabati. Semakin banyak protein nabati yang digunakan, maka penambahan asam amino tersebut semakin dibutuhkan (Amrullah, 2002). Penambahan asam amino dapat bersifat toksik hanya apabila dalam jumlah yang relatif sangat tinggi dibandingkan asam-asam amino yang lain. Sebagai contoh bila anak ayam diberi pakan ad libitum dengan kandungan protein 10% dan 1,5% metionin maka konsumsi ransum dan pertumbuhannya akan menurun tajam (Murwani et. al., 2002). Pakan yang mengandung asam amino yang seimbang akan mempunyai nilai biologis protein yang lebih baik. Protein dapat dicerna sehingga asam amino dapat diserap tubuh dan lebih banyak diretensi oleh tubuh ternak.
Pakan yang baik dan berkualitas harus memenuhi persyaratan mutu yang mencakup aspek keamanan pakan, aspek kesehatan ternak, aspek keamanan pangan dan aspek ekonomi. Keempat aspek tersebut penting untuk dipenuhi karena akan berpengaruh pada kesehatan ternak, penyediaan pangan hasil ternak dan keamanan konsumen dalam mengkonsumsi pangan hasil ternak, serta efisiensi biaya agar dihasilkan pakan yang bernilai ekonomis.

TDN

TDN merupakan satuan energi yang berdasarkan seluruh nutrisi  pakan yang tercerna, sehingga nilai TDN hampir sama dengan energi dapat dicerna (DE). Perbedaannya terletak pada cara pengukurannya, dimana nilai DE bahan pakan ditetapkan dengan jalan membakar sampel bahan pakan dan juga feses dalam bom kalorimeter (Sutardi, 1980). Kelemahan penggunaan TDN sebagai satuan energi adalah tidak menghitung hilangnya zat-zat nutrisi yang dibakar saat metabolisme dan energi panas yang timbul saat mengkonsumsi pakan (Anggorodi, 1994). Total Digestible Nutrient (TDN), yaitu suatu asumsi bahwa selisih antara zat gizi yang dikonsumsi dengan zat gizi yang terdapat di dalam faeces merupakan nilai zat gizi yang tercerna dan dapat diubah menjadi enersi. Oleh karena itu nilai TDN dapat dihitung dari konversi nilai DE (digestible energy) atau nilai ME (metabolizable energy). Padahal kenyataannya enersi tidak dapat dicerna atau dimetabolisir, melainkan hanya akan diubah sesuai dengan hukum kekekalan enersi. Adalah nilai energi yang dapat diserap atau dicerna oleh ternak berdasarkan kecernaan zat-zat makanannya.TDN secara umum dipakai untuk rumunansia dan monogastrik sedangkan unggas memakai DE (Digestible Energi) dan ME (Metabolisme Energi)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cullison. A. E. 1979. Feeds and Feeding. 2nd Ed. Reston Publishing Co. Inc. Reston, Virginia.
Ensminger, M. E. 1992. Animal Science. 6th Ed. The Interstate and Publisher, Inc. Danville, Illinois.
Foley, R.C., D.L. Bath, F.N. Dickinson., and H.A. Tucker. 1973. Dairy Cattle Principles, Practices, Problem and Profits. Lea and Febiger, Philadelphia.
Harold, D.H. and S.M. Darrel. 1972. Crop Production 2nd Ed. Macmilan Publising Co., Inc., New York.
Prayitno, E. Balance Ration. www.ilmuternakkita.blogspot.com
McDonald, P. 1981. The Biochemistry of Silage. John Wiley and Sons Ltd., London.
McIlroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradya Paramita, Jakarta (Diterjemahkan oleh TIM IPB).
Orskov, E. R. 1992. Protein Nutrition in Ruminant. 2nd Ed. Academic Press, Harcout Brace Jovanovich Publisher, London.
Ranjhan, S. K. 1980. Animal Nutrition in Tropics. 2nd Ed. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi.

Soetanto, H. 2002. Kebutuhan gizi ternak ruminansia menurut Stadia fisiologisnya. Jurusan Nutrisi Dan Makaan Ternak Fakultas Peternakan – Universitas Brawijaya, Malang

Suprijatna, E., Umiyati A. dan Ruhyat K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutardi,T. 1978. Ikhtisar Ruminologi. Departemen Ilmu dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor (Tidak d

Tidak ada komentar:

Posting Komentar