Balance
Ration
Balance
ration adalah pakan atau dengan kandungan nutrisi dalam jumlah dan proporsi
yang memenuhi kebutuhan fisiologis, reproduksi dan produksi ternak. Balance
ration dapat mensuplai zat-zat gizi yang berbeda secara proporsional bagi
ternak yang mengkonsumsinya bila diberikan dalam jumlah yang tepat. Ransum
untuk pakan ternak dikatakan seimbang apabila diberikan kepada ternak dapat
memenuhi kebutuhan hidup ternak yaitu kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan hidup
produksi tanpa menimbulkan gangguan kesehatan bagi ternak yang mengkonsumsinya.
Ransum yang seimbang dapat disusun dengan analisa seluruh bahan pakan yang akan
digunakan sebagai penyusun ransum atau dapat mengacu pada buku pedoman yang
mencantumkan kandungan-kandungan gizi setiap bahan. Penyusunan ransum yang
tepta sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan produksi dipengaruhi
oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan yang dipergunakan. Perubahan nilai
nutrisi bahan-bahan makanan dapat disebabkan terutama oleh pengolahn dan
penyimpanan. Untuk memilih bahan-bahan makanan yang akan dipergunakan dalam
ransum, harus diketahui dahulu kandungan zat-zat makanan dalam dalam bahan
pakan tersebut. Dengan demikian kekurangan salah satu zat pakan dapat ditutupi
dengan menggunakan pakan yang mengandung zat pakan tersebut.
Standar
kebutuhan pakan harus yang digunakan sebagai acuan kebutuhan ternak disesuaikan
dengan kondisis ternak disertai dengan tabel komposisi pakan yang menyediakan
informasi berhubungan dengan komposisi nutrisi pakan yang digunakan dalam
balance ration. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menyusun ransum seimbang antara lain faktor zat gizi dan faktor biaya.
Pengunaan bahan pakan yang murah dan kandungan nutrisi yang dapat memenuhi
kebutuhan ternak dalam menyusun ransum akan sangat menguntungkan bagi peternak.
Beberapa
strategi untuk menghindari pakan berlebih antara lain dengan cara
mengelompokkan dan memberi pakan ternak sesuai dengan kebutuhan nutrisinya,
membuat rasio nutrisi .Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan zat-zat
pakan dan memperlihatkan hubungan-hubungan yang mempengaruhi pertumbuhan,
perkembangan, reproduksi dan kualitas produksi. Dari faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan zat-zat pakan dan yang sangat penting untuk diperhatikan
adalah hubungan-hubungan antara : (1) makanan dan genetik; (2) makanan dan
penyakit dan cekaman-cekaman lainnya, (3) hubungan-hubungan lain yang
menyangkut fungsi khusus untuk tujuan produksi misalnya untuk menjaga ualitas
telur omega tiga dll.
Bahan pakan
harus seimbang dalam menyediakan zat makanan yang dapat digunakan untuk
membangun dan menggantikan bagian tubuh yang rusak, serta memberikan energi
untuk produksi seperti susu, telur, daging, dan wool. Seperti pada sapi perah
zat makanan yang baik untuk hidup pokok dan hidup produksi terdiri dari
protein, energi, mineral, vitamin, dan air. Energi yang dibutuhkan diperoleh
dari lemak, dan protein, sedangkan kebutuhan energi terbesar diperoleh dari
karbohidrat. Sapi perah sebaiknya dikelompokkan dan diberi pakan menurut
produksi susu dan status produksinya Nutrisi yang harus diseimbangkan untuk
ternak antara lain protein, energi, kalsium, dan phosphor. Protein merupakan
sumber energi yang mahal dibandingkan karbohidrat dan lemak. Penyeimbangan
rasio (ransum yang seimbang) juga bisa menghemat uang dengan mencegah pemberian
pakan yang berlebih dari jenis nutrisi yang mahal seperti protein.
Protein
Supplement
Pakan harus
mengandung semua nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam
jumlah yang seimbang. Nutrien yang dibutuhkan oleh ternak antara lain
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur anorganik atau mineral (Ca,
P, Mg, Na, K, Cl, I, Zn, Fe, Cu, Co, Mn, Mo, Se). Penyusunan komposisi pakan
yang tidak proporsional mengakibatkan gangguan metabolisme dalam tubuh ternak dan
pengaruh selanjutnya pada tampilan produksinya tidak akan maksimal, karena
ternak mengalami defisien pada satu atau beberapa jenis nutrien Defisiensi
nutrien pada ternak merupakan suatu kondisi ketika sebuah atau beberapa
nutrient yang dikonsumsi dan diserap tidak mencukupi kebutuhan sehingga
menyebabkan penurunan performans produksi atau timbulnya gejala klinisdan
bahkan kematian.
Pada
penyusunan formulasi pakan secara praktis, perhitungan kebutuhan nutrien hanya
didasarkan pada kebutuhan energi dan protein, sedangkan kebutuhan nutrien yang
lain disesuaikan. Apabila ternak menunjukkan gejala defisien maka perlu
ditambahkan suplemen terutama vitamin dan mineral. Tingkat kandungan energi
pakan harus disesuaikan dengan kandungan proteinnya, karena protein sangat
penting untuk pembentukan jaringan tubuh dan produksi. Apabila energi terpenuhi
namun proteinnya kurang maka laju pertumbuhan dan produksi akan terganggu. Oleh
karena itu, perlu diperhitungkan keseimbangan antara tingkat energi dan protein
sehingga penggunaan pakan menjadi efisien.
Protein
adalah persenyawaan organik kompleks yang mengandung unsur-unsur karbon,
hidrogen dan oksigen, nitrogen, fosfor dan sulfur. Protein tersusun atas lebih
dari 20 persenyawaan organik yang disebut asam amino. Protein dibutuhkan ternak
sebagai pembentuk jaringan dan produksi. Jaringan tubuh ternak mampu
mensintesis beberapa asam amino. Sebagian asam amino lain tidak dapat
disintesis sehingga harus tersedia dalam ransum. Asam amino yang dapat
disintesis dalam tubuh disebut asam amino non esensial, sedangkan yang tidak
dapat disintesis dalam tubuh disebut asam amino esensial. Dalam penyusunan
ransum, idealnya semua asam amino esensial dan kandungan nitrogen cukup
terpenuhi guna sintesis asam amino esensial. Apabila ransum defisien asam amino
esensial maka dapat mengganggu pertumbuhan dan produksi ternak.
Defisiensi
protein yang hebat atau sebuah asam amino tunggal ternak akan mengalami
kehilangan pertumbuhan rata-rata 6 – 7%, pada ayam petelur dapat menyebabkan
molting yang hebat dan produksi telur berhenti (Wahyu, 1997). Atas dasar
pertimbangan tersebut, maka dalam penyusunan ransum diperlukan tambahan protein
(asam amino sintetik) atau protein supplement yang kaya akan kandungan
asam-asam amino esensial. Asam amino esensial tersebut antara lain arginin, lisin,
glisin, histidin, leusin, isoleusin, sistin, phenilalanin, tirosin, threonin,
tryptophan, valin dan metionin. Penggunaan protein supplement
biasanya dicampurkan dalam premiks, konsentrat atau langsung ke dalam ransum ternak.
Dari jenis
asam amino esensial tersebut, metionin dan lisin yang lebih banyak defisien.
Asam amino lisin dan metionin biasanya dipakai dalam jumlah 0,1 hingga 0,2%
tergantung banyaknya pemakaian protein nabati. Semakin banyak protein nabati
yang digunakan, maka penambahan asam amino tersebut semakin dibutuhkan
(Amrullah, 2002). Penambahan asam amino dapat bersifat toksik hanya apabila
dalam jumlah yang relatif sangat tinggi dibandingkan asam-asam amino yang lain.
Sebagai contoh bila anak ayam diberi pakan ad libitum dengan kandungan protein
10% dan 1,5% metionin maka konsumsi ransum dan pertumbuhannya akan menurun
tajam (Murwani et. al., 2002). Pakan yang mengandung asam amino yang seimbang
akan mempunyai nilai biologis protein yang lebih baik. Protein dapat dicerna
sehingga asam amino dapat diserap tubuh dan lebih banyak diretensi oleh tubuh
ternak.
Pakan yang
baik dan berkualitas harus memenuhi persyaratan mutu yang mencakup aspek
keamanan pakan, aspek kesehatan ternak, aspek keamanan pangan dan aspek
ekonomi. Keempat aspek tersebut penting untuk dipenuhi karena akan berpengaruh
pada kesehatan ternak, penyediaan pangan hasil ternak dan keamanan konsumen
dalam mengkonsumsi pangan hasil ternak, serta efisiensi biaya agar dihasilkan
pakan yang bernilai ekonomis.
TDN
TDN
merupakan satuan energi yang berdasarkan seluruh nutrisi pakan yang
tercerna, sehingga nilai TDN hampir sama dengan energi dapat dicerna (DE).
Perbedaannya terletak pada cara pengukurannya, dimana nilai DE bahan pakan
ditetapkan dengan jalan membakar sampel bahan pakan dan juga feses dalam bom
kalorimeter (Sutardi, 1980). Kelemahan penggunaan TDN sebagai satuan energi
adalah tidak menghitung hilangnya zat-zat nutrisi yang dibakar saat metabolisme
dan energi panas yang timbul saat mengkonsumsi pakan (Anggorodi, 1994). Total
Digestible Nutrient (TDN), yaitu suatu asumsi bahwa selisih antara zat gizi
yang dikonsumsi dengan zat gizi yang terdapat di dalam faeces merupakan nilai
zat gizi yang tercerna dan dapat diubah menjadi enersi. Oleh karena itu nilai
TDN dapat dihitung dari konversi nilai DE (digestible energy) atau nilai ME
(metabolizable energy). Padahal kenyataannya enersi tidak dapat dicerna atau
dimetabolisir, melainkan hanya akan diubah sesuai dengan hukum kekekalan
enersi. Adalah nilai energi yang dapat diserap atau dicerna oleh ternak
berdasarkan kecernaan zat-zat makanannya.TDN secara umum dipakai untuk
rumunansia dan monogastrik sedangkan unggas memakai DE (Digestible Energi) dan
ME (Metabolisme Energi)
DAFTAR
PUSTAKA
Anggorodi,
R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cullison. A. E. 1979. Feeds and
Feeding. 2nd Ed. Reston Publishing Co. Inc. Reston, Virginia.
Ensminger, M. E. 1992. Animal
Science. 6th Ed. The Interstate and Publisher, Inc. Danville, Illinois.
Foley, R.C., D.L. Bath, F.N.
Dickinson., and H.A. Tucker. 1973. Dairy Cattle Principles, Practices, Problem
and Profits. Lea and Febiger, Philadelphia.
Harold, D.H. and S.M. Darrel. 1972.
Crop Production 2nd Ed. Macmilan Publising Co., Inc., New York.
Prayitno, E. Balance Ration.
www.ilmuternakkita.blogspot.com
McDonald, P. 1981. The Biochemistry
of Silage. John Wiley and Sons Ltd., London.
McIlroy, R. J. 1976. Pengantar
Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradya Paramita, Jakarta (Diterjemahkan oleh
TIM IPB).
Orskov, E.
R. 1992. Protein Nutrition in Ruminant. 2nd Ed. Academic Press, Harcout
Brace Jovanovich Publisher, London.
Ranjhan, S. K. 1980. Animal
Nutrition in Tropics. 2nd Ed. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi.
Soetanto, H. 2002. Kebutuhan gizi
ternak ruminansia menurut Stadia fisiologisnya. Jurusan Nutrisi Dan Makaan
Ternak Fakultas Peternakan – Universitas Brawijaya, Malang
Suprijatna,
E., Umiyati A. dan Ruhyat K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan I. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sutardi,T.
1978. Ikhtisar Ruminologi. Departemen Ilmu dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor (Tidak d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar