BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan
salah satu negara agraris terbesar di Dunia.
Dengan potensi sumberdaya dan daya dukung ekosistem yang sangat
besar. Indonesia dapat menghasilkan produk dan jasa pertanian, perkebunan,
perikanan secara meluas (seperti bahan pangan, serat, bahan obat-obatan dan
agrowista/wisata bahari) yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia.
Sementara itu pertambahan jumlah penduduk di Indonesia semakin hari semakin
meningkat menyebabkan permintaan terhadap produk pertanian akan terus meningkat
pula (Bakri, 2000). Demi memenuhi kebutuhan akan hasil pertanian maka tindakan
atau suatu kegiatan pertanian perlu dilaksanakan melalui pengembangan usahatani.
Percepatan pembangunan
pertanian berperan penting dalam penyediaan pangan yang cukup dan terjangkau oleh masyarakat. Walaupun dalam sumbangannya
terhadap PDB mengalami penurunan, namun sektor
pertanian masih akan tetap memegang peran yang sangat penting dalam perekonomian secara
keseluruhan, karena mempunyai keterkaitan yang luas dengan sektor ekonomi lainnya.
Sampai dengan saat ini sektor pertanian tetap menyerap tenaga kerja terbesar sekitar 40 persen tenaga kerja
pertanian dan menjadi penopang perekonomian di
pedesaan, bahkan pada saat krisis ekonomi penyerapan tenaga kerja sektor
pertanian mengalami sedikit peningkatan.
Pembangunan pertanian merupakan
transformasi sosial ekonomi masyarakat di pedesaan. Transformasi sosial ekonomi tersebut dapat berproses
secara dinamis yang dalam jangka menengah atau panjang akan membawa dampak
perubahan struktur sosial berupa pergeseran sektoral, kelembagaan dan tatanilai
yang ada dalam masyarakat. Perubahan
sektoral secara agregat dapat dilihat dari sumbangan sektor pertanian
terhadap penyerapan tenaga kerja dan sumbangannya dalam Produk Domestik
Bruto (PDB).
Tenaga
kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam menunjang produksi, namun
dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi jumlah tenaga kerja
yang banyak tidak identik dengan produktivitas yang tinggi. Salah satu masalah
yang dihadapi di daerah pedesaan adalah bagaiman tenaga kerja yang ada dapat
ditahan di daerah pedesaan tersebut
sambil tetap dimanfaatkan dalam sektor pertanian. Oleh karena itu tenaga kerja
yang dibutuhkan dituntut harus dapat menguasai teknologi karena penguasaan teknologi
merupakan syarat mutlak untuk memacu industrialisasi atau dengan kata lain
tenaga kerja harus produktif.
Upaya
untuk menciptakan lapangan kerja apabila dihubungkan dengan penggunaan
mekanisasi pertanian yang tepat guna, terlihat adanya hubungan yang negatif.
Dengan adanya penggunaan mekanisasi tersebut berarti tenaga kerja yang
dibutuhkan semakin berkurang, karena mekanisasi merupakan pembahuruan hemat
tenaga kerja. Ciri hemat tenaga kerja dan terbatasnya kemungkinan pembagian
peralatan pertanian itulah yang menimbulkan masalah bahwa ketepatgunaan suatu
tipe mekanisasi tersebut sangat ditentukan oleh kondisi pemakaiannya, ukuran
serta potensi produksi mekanisasi dalam suatu situasi tertentu.
Usahatani
(farm) adalah bagian dari permukaan bumi dimana seseorang petani atau satu
keluarga tani atau badan- badan tertentu melakukan kegiatan pertanian
(Mubyarto, 1994). Kegiatan ini merupakan tindakan dari petani untuk berusaha
dalam bidang pertanian dalam rangka menghasilkan suatu produk pertanian (Usahatani)
yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh keluarganya atau untuk dipasarkan demi
memenuhi kebutuhan industri.
Tanaman
utama pertanian di Indonesia adalah padi. Padi merupakan tanaman pangan yang
menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian besar penduduk
Indonesia.Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh
Petani Indonesia dan pernah menjadi salah satu negara pengekspor beras yaitu
dicapainya swasembada beras pada tahun 1984 (Ashari, 2010).
Hasil kajian data makro menunjukkan
bahwa untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dibandingkan dengan titik
balik penyerapan tenaga kerja (labour turning point). Artinya, laju pergeseran ekonomi sektoral
relatif lebih cepat dibandingkan dengan laju pergeseran tenaga kerja. Perubahan struktur yang tidak berimbang di antaranya ditunjukkan
oleh penurunan pangsa sektor pertanian terhadap PDB yang sangat tajam, yaitu dari
51,8 persen (1961) menjadi 16 persen (1995), pada tahun 2000/2001 masih relatif bertahan
sebesar 17.03/16.39 persen; yang tidak diiringi dengan penurunan penyerapan tenaga
kerja yang seimbang, yang hanya menurun dari 73,3 persen (1961) menjadi
48 persen (1995). Bahkan dengan
adanya dampak krisis ekonomi yang melanda. Indonesia terjadi peningkatan
penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Gambaran mikro dinamika penyerapan
tenaga kerja dan kesempatan kerja di pedesaan sangat dipengaruhi oleh kondisi
agroekosistem setempat. Agroekosistem lahan sawah dipengaruhi oleh tipe
irigasi, struktur penguasaan lahan pertanian, sistem usahatani, pola tanam
dan siklus tanam, dan komoditas dominan yang diusahakan, serta sistem pola hubungan
kerja. Intensitas tanam yang lebih
tinggi yang tergambarkan dalam siklus dan pola tanam akan mempunyai daya
serap terhadap penyerapan kesempatan kerja yang lebih tinggi. Struktur
penguasaan lahan yang relatif lebih merata diperkirakan mempunyai daya serap yang
lebih tinggi. Pengusahaan komoditas
komersial bernilai ekonomi tinggi, seperti hortikultura khususnya sayuran
dan perkebunan seperti tembakau mempunyai daya serap yang lebih tinggi,
karena bersifat intensif kapital dan tenaga kerja.
Penurunan pangsa tenaga kerja sektor pertanian terhadapa PDB
secara nyata yang tidak diikuti penurunan dalam penyerapan tenaga kerja sektor
pertanian, dikuatirkan akan menyebabkan penurunan produktivitas dan pendapatan
tenaga kerja sektor pertanian di pedesaan. Konsekuensinya adalah sektor
pertanian menanggung beban penyerapan tenaga kerja yang semakin berat. Dengan
demikian perlu dilihat perubahan-perubahan sosial ekonomi secara mikro di
pedesaan, sehingga dapat diperkirakan kearahmana perubahan-perubahan tersebut
terjadi, serta langkah antisipatif dalam merumuskan rekomendasi kebijakan yang
tepat.
Dinamika sosial ekonomi
ketenagakerjaan yang penting diungkap adalah
pergeseran ketenagakerjaan di tingkat makro dan mikro,
apakah dinamika yang terjadi di tingkat makro juga terjadi di tingkat
mikro. Dengan demikian di tingkat mikro akan dapat diungkap :(1) Proporsi
anggota rumah tangga usia kerja dan anggota rumah tangga yang bekerja menurut lokasi;
(2) Keragaan jenis pekerjaan baik kepala rumah tangga (KK) maupun Anggota Rumah Tangga
(ART) menurut lokasi dan sektor usaha; (3) Struktur alokasi / curahan
waktu kerja rumah tangga menurut sektor usaha; (4) Perkembangan tingkat
upah menurut jenis kegiatan antar lokasi; dan (5) Pasar tenaga kerja di pedesaan lahan sawah.
Nusa
Tenggara Timur (NTT) dengan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam
perekonomian, menempatkan sub sektor pertanian pangan (padi) sebagai salah satu
sentral pembangunan pertanian. Sehingga kita dapat mengetahui potensi lahan
sawah: luas panen 130.201 ha, produktivitas 30.30 kw/ha, produksi 591.370 ton. Produktivitas ini
didukung dengan tenaga kerja pertanian sebesar 1.360.265, (64,89 %) (BPS NTT
2013).
Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten yang ada di NTT yang juga berpotensi
untuk pengembangan usahatani padi sawah.
Sehingga kita dapat mengetahui potensi usahatani padi sawah di Kabupaten Kupang
antara lain : Luas Tanam 19709 Ha, Luas Panen 16625 Ha, Produktivitas 31,0
kw/ha, Produksi 51537,50 Ton. Potensi ini didukung oleh tenaga kerja pertanian
kabupaten kupang sebesar 107.451 (74,10 %). (BPS Kabupaten Kupang 2013).
Desa
Baumata merupakan salah satu Desa di Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, Desa
ini juga merupakan salah satu desa yang berpotensi terhadap tanaman pangan
(padi). Data kecamatan Taebenu Dalam Angka 2013 menunjukkan bahwa Desa Baumata
memiliki luas tanam padi sawah 93 ha, luas panen 90 ha, produktivitas 31 kw/ha,
produksi 2790 ton, (Kecamatan Taebenu Dalam Angka 2013 ).
Berdasarkan
dari uraian latar belakang diatas
maka, perlu adanya penelitian tentang “CURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI
SAWAH DI DESA BAUMATA KECAMATAN TAEBENU KABUPATEN KUPANG”.
1.2.Rumusan Masalah
1. Berapa
besar potensi tenaga kerja usahatani padi sawah dalam keluarga di Desa Baumata?
2. Berapa
besar curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa Baumata
?
3. Bagaimanakah
perbandingan potensi dan curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah di
Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten
Kupang?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui potensi tenaga
kerja dalam keluarga pada usatani padi sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.
2.
Untuk mengetahui curahan tenaga
kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.
3.
Untuk mengetahui perbandingan
potensi dan curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.
1.4
Kegunaan
1. Bagi
petani padi, dapat memberikan tambahan wawasan dalam menyikapi kemungkinan
timbulnya permasalahan serta dalam pengambilan keputusan dalam usahatani padi.
2. Bagi
instansi terkait, dapat menjadi tambahan masukan dalam melengkapi bahan
pertimbangan dalam membuat kebijakan
pembangunan sektor pertanian tanaman pangan.
3. Bagi
peneliti, penelitian ini sebagai langkah dalam penerapan ilmu pengetahuan dan
sebagai pengalaman yang dapat dijadikan referensi, mengingat keterbatasan dalam
penelitian ini maka dapat digunakan sebagai bahan lebih lanjut di masa yang
akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Rujukan
Penelitian Terdahulu.
Yuniawan
(2012), dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap produksi pada usahatani padi di Kabupaten Ciamis. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan studi kasus di Desa Masawah Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis dengan
ukuran sampel sebanyak 40 orang. Model yang digunakan adalah fungsi produksi
Cobb-Douglas dimana estimasi parameter dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 16 Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lahan dan keikutsertaan
petani pada kegiatan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi.
Larasati
(2012), dalam penelitiannya tentang efisiensi alokatif faktor-faktor
produksi dan pendapatan petani padi di Desa Sambirejo Kecamatan Saradan
Kabupaten Madiun, menyatakan bahwa faktor-faktor produksi
yang berpengaruh dalam
kegiatan usahatani padi di Desa
Sambirejo, Kecamatan Saradan,
Kabupaten Madiun adalah
faktor produksi benih dan
tenaga kerja. Hal
ini menunjukkan bahwa
penambahan jumlah penggunaan benih
akan berpengaruh lebih
besar terhadap produksi padi. Namun penambahan tenaga kerja
akan menurunkan produksi padi.
Hasil analisis efisiensi
alokatif penggunaan faktor - faktor produksi
usahatani padi menunjukkan alokasi
penggunaan benih sebesar
1,24 kg/ha dengan
hasil lebih dari 1,
sehingga belum efisien
secara alokatif. Agar
penggunaan benih usahatani padi
efisien, maka perlu
dilakukan penambahan alokasi
benih sebesar 59,58 kg/ha.
Sedangkan faktor produksi
tenaga kerja dimasukkan ke
dalam analisis efisiensi
alokatif karena memiliki
pengaruh. Tumanggor, (2009), melakukan penelitian tentang faktor –
faktor yang mempengaruhi produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Hasil dari
penelitian ini adalah variabel luas lahan, waktu jam kerja, pestisida, umur
tanaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi cokelat di
Kabupaten Dairi. Sedangkan variabel pupuk berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Model analisis yang
digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).
2.2
Landasan
Teori
2.2.1. Konsep Teori
Usahatani.
Usahatani adalah himpunan dari
sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi
pertanian seperti tubuh tanah dan air perbaikan-perbaikan
yang dilakukan atas tanah itu , sinar matahari, bangunan-bangunan yang
didirikan di atasa tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok
tanam atau memelihara ternak. Dalam ekonomi pertanian dibedakan pengertian
produktivitas ekonomi daripada usahatani
Menurut
Rivai (1980) dalam Hernanto (1991)
mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal
yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Jenis usahatani
bervariasi karena setiap bagian lahan memiliki kemampuan yang berbeda dan
beragam keputusan manusia yang ditetapkan atas usahatani mereka. Adiwilaga
(1982) mendefinisikan usahatani sebbagai ilmu yang mempelajari cara-cara
seorang petani sebagai pengusaha menyusun, mengatur dan menjalankan usaha itu.
Usahatani
adalah sebagian dari permukaan bumi di mana seorang petani, sebuah keluarga
tani, atau badan usaha lainya, bercocok tanam atau memelihara ternak (Mosher,
1991). Jika dikaitkan dengan analisis ekonomi, maka usahatani adalah kegiatan
ekonomi karena ilmu ekonomi turut membantu pengembangannya (Hernanto, 1991).
2.2.2.
Konsep Teori Tenaga Kerja
Tenaga
kerja uasahatani merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal dan
pengelolaan. Jenis tenaga kerja lain selain tenaga kerja manusia,yaitu ternak dan mekanik. Kadangkala tenaga kerja
merupakan faktor produksi utama hal ini menunjukkan posisi petani pada usaha
taninya. petani bukan hanya mengelola usahatani, tetapi juga tulang punggung
keluarga sebagai sumber tenaga kerja utama usahataninya. Petani akan
mengupayakan sebagian tambahan tenaga kerja luar keluarga ( Hernanto, 1991: ).
Peningkatan intensitas tenaga kerja dalam kenyataannya dapat muncul dalam 2
bentuk , yakni :
1.
Intensitas tenaga kerja yang tidak
mempengaruhi produksi, justru mengurangi hasil bersih.
2.
Peningkatan intensitas penggunaan tenaga
kerja yang sejajar dengan peningkatan produksi. ( Tohir, 1983).
Meurut Prijono ( 1981 ) dalam Pellokila ( 1993 ), tenaga kerja
adalah penduduk dalam usia kerja. Dalam beberapa literatur tenaga kerja
diartikan sebagai penduduk yang berumur 15-65 tahun. Tetapi pakar demografi di
Indonesia berdasarkan kenyataan yang ada berpendapat bahwa , untuk Indonesia
tenaga kerja adalah semua penduduk yang berusia sepuluh tahun keatas. secara
singkat tenaga kerja didefenisikan sebagai jumlah seluruh penduduk dalam suatu
wilayah tertentu yang dapat memproduksi barang dan jasa dan jika ada permintaan
terhadap tenaga mereka. Serta jika
mereka mau berpartisipasi dengan aktivitas yang bersangkutan. Sesuai dengan definisi ini maka tenaga kerja
harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Berusia
sepuluh tahun ke atas
2. Dapat
memproduksi barang dan jasa
3. Jika
ada permintaan terhadap tenaga mereka
4. Jika
tenaga kerja yang bersangkutan mau berpartisipasi.
2.2.3. Angkatan kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang
berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Faktor
produksi tenaga kerja sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu usahatani.
Petani dalam menjalankan usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaga (labor), tetapi juga bertindak sebagai
seorang pemimpin (manajer) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara
keseluruhan (Mubyarto, 1994).
Selanjutnya dijelaskan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani
sangat menentukan kualitas tenaga kerja.
Potensi
tenaga kerja rumah tangga petani adalah adalah jumlah tenaga kerja potensial
yang tersedia pada tingkat rumah tanga yang meliputi tenaga kerja pria, wanita,
anak-anak,ternak dan tenaga kerja mekanik (Heranto, 1989). Rukasah (1974) dalam Hernanto (1989) mengemukakan bahwa
dalam setahun seorang tenaga kerja pria bekerja selama 300 hari kerja, tenaga
kerja wanita bekerja selama 220 hari dan tenaga kerja anak-anak 140 hari kerja
serta tenaga kerja ternak dua kali tenaga kerja pria. Selanjutnya dijelaskan
bahwa hari kerja potensial untuk daerah kering adalah 630 hari kerja per hektar
dan daerah sawah 870 hari kerja per hektar atau rata-rata 750 hari kerja per
hektar.
Tenaga kerja atau manpower adalah
penduduk usia kerja, yaitu besarnya bagian dari penduduk yang dapat
diikutsertakan dalam proses ekonomi ( Tan Goan Tiang, (1965) dalam
Mantra (1985 ). Di Indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah
penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang secara aktif
melakukan kegiatan ekonomi (Biro Pusat Statistik, 1983 dalam Mantra, 1985). Angkatan kerja
menurut BPS (1983) terdiri dari penduduk yang bekerja, mempunyai
pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan
sama sekali tetapi mencari pekerjaan secara aktif. Bagi mereka yang
berusia 10 tahun atau lebih tidak bekerja atau mencari pekerjaan karena
sekolah, mengurus rumah tangga, pensiun atau secara fisik dan mental tidak
memungkinkan untuk bekerja tidak dimasukan ke dalam angkatan kerja (
Mantra, 1985 ).
Angkatan kerja diartikan sebagai penduduk yang
bekerja dan penduduk yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau sedang
mencari pekerjaan. Pada hakekatnya , angkatan kerja adalah tenaga kerja yang
mau menyumbangkan atau berkemauan untuk menyumbangkan tenaganya untuk
menghasilkan barang dan jasa dengan menerima upah atau gaji berupa uang atau
barang ( Prijono, 1983 dalam
Pellikila.1993 ).
2.2.4
Ukuran Tenaga Kerja
Ukuran tenaga kerja diperlukan untuk menyusun perencanaan, menyusun
anggaran menganalisis produktivitas atau efesiensi tenaga kerja. Ukuran tenaga kerja biasanya dinyatakan dalam
satuan waktu menurut jenis tenaga kerja yang diukur. Misalnya HKP, HKW. Jika tidak membedakan tenaga kerja pria atau
wanita dinyatakan dengan orang yaitu (HKO) dalam bentuk kecil misalnya jam JKP,
JKW. Satuan kerja dalam bentuk jam dapat
di konversi ke hari kerja selama ada patokan jam kerja per hari. Misalnya satu hari kerja setara 7 jam kerja.
Maka jika ada usahatani yang memperkerjakan pria sebanyak 140 JKP setara
dengan 20 HKP. Jika satu bulan kerja
setara dengan 25 hari kerja, maka jika ada usahatani yang menggunakan tenaga
wanita sebanyak 100 HKW, berarti setara dengan 4 BKW(bulan kerja wanita) Satuan kerja lain yang mengacu kepada
hitungan tahun. Dikenal ada satuan setara kerja orang satu tahun (person Year
Equivalen- PYE). Misalkan ada usahatani memperkerjakan tenaga kerja 372 HKP dan
satu bulan setara 25 HKP maka 372 HKP setara dengan (372/25)/12 = 1.24 PYE Besaran tersebut menyatakan bahwa usahtani
tersebut telah menggunakan tenaga kerja setara dengan 124 orang yang bekerja
secara penuh sepanjang tahun. Rumus PYE = Jumlah bulan kerja 12 bulan.
2.2.5. Konsep Pengukuran Potensi Tenaga Kerja dan Curahan Tenaga Kerja.
Faktor
produksi tenaga kerja sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu usahatani.
Petani dalam menjalankan usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaga (labor), tetapi juga bertindak sebagai
seorang pemimpin (manajer) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara
keseluruhan (Mubyarto, 1994).
Selanjutnya dijelaskan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani
sangat menentukan kualitas tenaga kerja.
Potensi
tenaga kerja rumah tangga petani adalah adalah jumlah tenaga kerja potensial
yang tersedia pada tingkat rumah tangga yang meliputi tenaga kerja pria,
wanita, anak-anak,ternak dan tenaga kerja mekanik (Heranto, 1991). Rukasah
(1974) dalam Hernanto (1991)
mengemukakan bahwa dalam setahun seorang tenaga kerja pria bekerja selama 300
hari kerja, tenaga kerja wanita bekerja selama 220 hari dan tenaga kerja
anak-anak 140 hari kerja serta tenaga kerja ternak dua kali tenaga kerja pria.
Selanjutnya dijelaskan bahwa hari kerja potensial untuk daerah kering adalah
630 hari kerja per hektar dan daerah sawah 870 hari kerja per hektar atua
rata-rata 750 hari kerja per hektar.
Suharja dan Patong (1978) menyatakan bahwa
satuan-satuan ukuran tenaga kerja yang dapat dijadikan ukuran usahatani adalah
(1) jumlah jam kerja dan kerja total (2)
jumlah hari kerja orang HKO. Soekartiwi, dkk (1986) mengemukakan bahwa curahan
kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja yang efektif dengan satuan hari
kerja orang (HKO). Dimana ketentuanya adalah 7 jam kerja pria sama dengan 1
HKO. 7 jam kerja wanita sama dengan 1 HKO dan 7 jam kerja anak sama dengan 1
HKO. Namun berdasarkan undang-undang tenaga kerja nomor 25 tahun1997 pasal 96
(3) dinyatakan bahwa anak-anak tidak boleh bekerja 4 jam sehari. Untuk setiap orang
satu hari biasanya diperhitungkan 7 (tujuh ) jam kerja ( Hernato , 1991 ). Dalam penelitian ini HKO
atau Hari Kerja Orang menunjukan pada jumlah hari, jumlah jam serta jumlah
orang yang dicurahkan untuk satu jenis kegiatan atau pekerjaan.
Potensi
& Pencurahan Tenaga Kerja Potensi
tenaga kerja petani adalah jumlah tenaga kerja potensial yang tersedia pada
satu keluarga petani. Menurut Rukasah (1974), untuk mengetahui potensi Tenaga
Kerja keluarga harus dilipatkan atau dikalikan pencurahannya dalam satu tahun.
Seorang pria akan bekerja 300 hari kerja dalam setahun. Wanita 226 hari kerja
dan anak 140 Hk. FAO menggunakan 250 hari kerja pertahun. YANG 1955 membuat konversi tenaga kerja yaitu
membandingkan tenaga kerja pria sebagai ukuran baku dan jenis tenaga kerja lain
di konversikan atau disetarakan dengan pria : 1 pria = 1 hari kerja pria 1
Wanita = 0,7 hari kerja pria 1 ternak = 2 hari kerja pria 1 anak = 0,5 hari
kerja pria. 1 hari kerja mekanik= 25 HKP.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka
Pemikiran
Petani
adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usahatani sebagai
matapencaharianya. Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang
berhubungan dengan produksi dan pemasaran hasil usahataninya maupun masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Tenaga
kerja keluarga dalam usahatani merupakan tulang punggung dari pengelolaan
tatarumah tangga keluarga dan tata rumah tangga usaha. Karena penggunaan tenaga
kerja keluarga petani harus diatur secara rasional dan efisien. Harus
diusahakan jangan sampai terjadi waktu-waktu yang kosong yang berlebihan.
Pembagian tenaga kerja secara efisien dan rasional akan merupakan dasar untuk
memperoleh imbalan jasa yang tinggi bagi keluarga.
Potensi
tenaga kerja yang banyak dalam keluarga membawa dampak yang baik bagi keluarga
tersebut, sehingga ada keterkaitan terhadap pembagian kerja dalam kegiatan
usahatani disesuaikan dengan potensi/jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Untuk
mengetahui potensi dan curahan tenaga kerja dalam keluarga menggunakan suatu
analisis HKP ( Hari Kerja Pria ). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema
kerangka pemikiran sebagai berikut :
PETANI PADI SAWAH
|
POTENSI TENAGA DALAM KELUARGA
|
TK.
HEWAN
|
TK.MANUSIA
(PRIA,
WANITA, ANAK-ANAK)
|
TK.MEKANIK
|
CURAHAN TENAGA KERJA DALAM
KELUARGA
|
Skema.
Kerangka Pemikiran
3.2
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
telah dilaksanakan di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.
Pengumpulan data telah dilaksanakan
pada Bulan Oktober 2014.
3.3
Metode
Pengambilan Sampel
Pengambilan
sampel dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :
1.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan
secara sengaja (purposive sampling)
dengan pertimbangan – pertimbangan bahwa Desa Baumata merupakan salah satu desa
yang cukup potensial untuk usahatani padi sawah.
2.
Populasi dalam penelitian ini adalah
rumah tangga petani pada usahatani padi sawah sebanyak 150 orang. Proses penentuan sampel menggunakan metode
penarikan contoh secara acak (simple
random sampling). Ukuran sampel ditetapkan dengan rumus yang dikemukakan
oleh Slovin dengan rumus :
Keterangan :
n = besar sampel
yang diinginkan
N = besar populasi
=
tingkat kepercayaan yang diingikan (0,
)
Maka besar sampel yang diinginkan
adalah :
=
=
60
3.4
Metode
Pengumpulan Data
Data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari tingkat desa,
kota, instansi terkait serta dari studi kepustakaan.
3.5
Pengamatan
Dan Konsep Pengukuran
Hal
– hal yang perlu diamati dalam penelitian ini adalah :
1.
Identitas responden, meliputi : Nama,
umur (Tahun), jenis kelamin (L/P), pendidikan (formal (Tahun) dan nonformal (Frekeunsi))
2.
Luas lahan padi sawah yang diusahakan,
(are)
3.
Jumlah tenaga kerja rumah tangga petani
-
Dari dalam keluarga (HKP)
-
Dari luar keluarga (HKP)
4.
Pembagian jam kerja berdasarkan
kegiatan-kegiatan pertanian (HKP)
5.
Tenaga kerja yaitu : tenaga yang
digunakan dalam kegiatan produksi yang
dihitung dalam satuan Hari Kerja setara
Pria (HKP).
6.
Jenis tanaman yang diusahakan.
7.
Produksi , yaitu : jumlah produk fisik
yang dihasilkan dari kegiatan usahatani (kg)
8.
Keadaan lahan meliputi status
kepemilikan lahan (milik, sewa, sakap) luas lahan ( are, ).
3.6
Model
Dan Analisis Data
Data
yang diperoleh kemudian ditabulasi sesuai dengan keperluan analisis.
1.
Untuk menjawab tujuan yang pertama
tentang berapa besar potensi tenaga kerja usahatani padi sawah dalam keluarga
di Desa Baumata, menggunakan analisis deskriptif kualitatif sederhana yang
dikemukakan oleh Rukasah (1974) dalam hernanto
(1989) adalah sebagai berikut : 1 tenaga kerja pria = 300 hari kerja
1 tenaga kerja wanita = 220 hari
kerja
1
tenaga krja anak = 140 hari kerja.
2.
Untuk menjawab tujuan kedua mengetahui
curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa Baumata
Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, data dianalisis menggunakan analisis yang
dikemukakan Hernanto (1989), Dengan rumus sebagai berikut :
·
HKP =
Jumlah Tenaga Kerja X Jumlah Hari Kerja X Jumlah Jam Kerja
7
·
Tenaga kerja
wanita. = (
) X 0,7
7
·
Tenaga kerja
anak. (
7
·
Tenaga kerja mekanik 25 HKP.
Curahan Tenaga Kerja =
TK PRIA + TK WANITA + TK ANAK + TK MEKANIK.
3.
Untuk menjawab tujuan ketiga mengetahui
perbandingan potensi tenaga kerja dan curahan tenaga kerja pada usahatani padi
sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, data dianalisis
menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Kecamatan Taebenu
4.1.1
Keadaan Geografis
Kecamatan
Taebenu merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Kupang, dengan
luas wilayah 103,46
. Secara administrasi memiliki batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah
utara berbatasan dengan : Kecamatan
Kupang Tengah
Sebelah
selatan berbatasan dengan : Kecamatan
Nekamese
Sebelah
timur berbatasan dengan : Kecamatan
Amarasi
Sebelah
barat berbatasan dengan : Kecamatan
Kota Kupang
4.1.2 Keadaan Penduduk
Penduduk
Kecamatan Taebenu terdiri dari suku Timor, Rote, dan Sabu. Jumlah penduduk pada
tahun 2012 adalah 15.628 jiwa, terdiri dari laki-laki 7.780 jiwa dan perempuan 7.902 jiwa.
Tabel
1. Jumlah Penduduk Kecamatan Taebenu dirinci Tiap Desa
No
|
Desa
|
Laki-laki
|
%
|
Perempuan
|
%
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Bokong
|
1172
|
49.80
|
1181
|
50.20
|
2353
|
14.98
|
2
|
Kuaklalo
|
257
|
50.99
|
247
|
49.1
|
504
|
3.20
|
3
|
Oeletsala
|
601
|
48.15
|
647
|
51.85
|
1248
|
7.94
|
4
|
Oeltua
|
1435
|
49.67
|
1454
|
50.32
|
2889
|
18.39
|
5
|
Baumata
|
1075
|
52.26
|
982
|
47.74
|
2057
|
13.10
|
6
|
Baumata
timur
|
1082
|
50
|
1062
|
49.07
|
2164
|
13.78
|
7
|
Baumata
barat
|
1533
|
47.30
|
1708
|
52.69
|
3241
|
20.64
|
8
|
Baumata
utara
|
625
|
50.16
|
621
|
69.84
|
1246
|
7.93
|
|
Jumlah
|
7780
|
100.00
|
7902
|
100.00
|
15.702
|
100.00
|
Sumber
: Proyeksi Penduduk Tahun 2013, Taebenu dalam Angka 2013.
Berdasarkan
Tabel 1. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa Baumata Barat dengan jumlah
penduduk sebesar 3.241 jiwa (20.64%), yang terdiri dari 1533 jiwa penduduk
laki-laki (47.30%) dan 1708 jiwa penduduk perempuan (52.69%). Sedangkan jumlah
penduduk terendah terdapat di Desa Kuaklalo yakni sebesar 504 jiwa (3.20%),
yang terdiri dari 257 jiwa penduduk laki-laki (50.99%) dan penduduk perempuan
sebesar 247 jiwa (49.1%).
4.1.3 Sarana Dan Prasarana
Pendidikan Dan Kesehatan
Berdasarkan
pada data kecamatan Taebenu dalaam angka tahun 2013 terdapat 5 unit taman
kanak-kanak , 6 unit sekolah dasar negri , 4 unit sekolah dasar swasta , 3 unit
sekolah menengah pertama negri, 1 unit Sekolah Menengah Atas Negri dan 1 unit Sekolah
Menengah Atas Swasta, sedangkan untuk sarana kesehatan terdapat 1 unit
puskesmas pembantu dan 2 unit poliklinik/Balai pengobatan.
4.1.4.
Keadaan Pertanian
Penduduk
di Kecamatan Taebenu pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani.Tanaman
pangan yang diusahakan berupa padi dengan luas panen 305 ha serta produksi 945
ton. Jagung dengan luas panen 907 ha
serta produksi 2494 ha, kacang tanah dengan luas panen 123 ha serta produksi 147 ton dan ubi kayu dengan
luas panen 197 ha serta produksi 147. Tanaman hortikultura berupa petsai/sawi
dengan produksi 3 kw, kacang panjang produksi 3 kw , mentimun 1 kw , cabe produksi 4 kw , dan kangkung produksi 1 kw
pisang produksi 8 231 kw , mangga produksi I 198 kw , pepaya produksi
805 , nangka produksi I 131 kw dan sirsak produksi I 031 kw. Serta tanaman
perkebunan sebagai berikut :
Tabel 2. Luas Panen, Produksi
dan Produktivitas Beberapa Jenis Usahatani yang Dilakukan di Kecamatan Taebenu Tahun
2013
No
|
Komoditas
|
Luas
lahan (ha)
|
Produksi
(ton)
|
Produktivitas
(ton/ha)
|
1
|
Padi sawah
|
305
|
945
|
3.10
|
2
|
Jagung
|
907
|
2494
|
2.75
|
3
|
Kacang tanah
|
123
|
147
|
1.20
|
4
|
Ubi kayu
|
197
|
147
|
0.75
|
Sumber
: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kupang ,Taebenu Dalam Angka 2013.
Sedangkan
jenis tanaman perkebunan dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3. Produksi
Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman di Kecamatan Taebenu.
Jenis tanaman
|
Pohon
|
Jumlah produksi (kg)
|
|||
Tanaman muda
|
Tanaman produktiv
|
Tanaman tua/rusak
|
Jumlah
|
||
Kelapa
|
60
|
299
|
35
|
394
|
159,50
|
Kapuk
|
-
|
336
|
133
|
469
|
158,39
|
Kemiri
|
55
|
67
|
-
|
122
|
26,80
|
Pinang
|
15
|
24
|
-
|
39
|
19,20
|
Jambu mente
|
25
|
323
|
-
|
348
|
45,22
|
Lontar
|
10
|
9
|
-
|
19
|
2,00
|
Sumber
: Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kupang, Taebenu dalam angka Tahun
2013.
4.2 Gambaran Umum Desa
Baumata
4.2.1. Keadaan
Geografis
Kondisi geografis suatu
wilayah memiliki peran penting terhadap tumbuh kembangnya perekonomian dalam
wilayah tersebut. Desa Baumata merupakan salah satu Desa yang berada di
Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, jarak Desa Baumata ke Kecamatan 2,5 km,
sedangkan jarak ke ibukota kabupaten 32 Km. Topografi Desa Baumata pada umumnya
adalah berbukit dengan ketinggian 300 m di atas permukaan laut.
Secara administrasi
Desa Baumata berbatasan dengan beberapa Desa sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Baumata Utara
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Oeltua
Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Baumata Timur.
Sebelah barat berbatasan dengan : Desa Baumata Barat
Desa Baumata termasuk
daerah yang beriklim kering dengan musim hujan berlangsung 5 bulan yaitu pada
bulan November sampai Maret dan musim kemarau berlangsung selama 7 bulan yaitu
pada bulan April sampai bulan Oktober, sedangkan suhu pada desa Baumata
rata-rata 35
dan topografi dari Desa ini adalah berbukit.
4.2.2
Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk Desa Baumata
terdiri dari suku Timor, Rote, dan Sabu. Penduduk di Desa Baumata pada tahun
2012 berjumlah 2.057 jiwa dengan perincian, laki-laki 1.075 jiwa dan perempuan
982 jiwa yang tergabung dalam 507 Kepala Keluarga (KK). Kepadatan penduduk Desa
Buamata rata-rata 351,62 jiwa /
.
4.2.3.
Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Usia.
Berdasarkan data Desa
Baumata, data dalam angka tahun 2013
menunjukkan bahwa penduduk berusia 0 – 14 tahun sebanyak 631 jiwa atau
(30,68%), jumlah penduduk yang berusia 15-55 tahun berjumlah 1246 jiwa atau
(60,57%),
sedangkan yang berusia lebih dari 55 tahun 180 jiwa atau (8,75%). Hal ini
menunjukan bahwa penduduk yang berusia produktif lebih besar, dengan kondisi
tersebut akan berpengaruh besar terhadap kemampuan fisik masyarakat dalam
bekerja guna meningkatkan produksi pertanian, serta kecendrungan untuk menerima
inovasi baru lebih besar. Adapun gambaran tentang keadaan penduduk di Desa
Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang menurut kelompok umur penduduk tahun
2012 dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Jumlah Penduduk
Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang Tahun
2013.
No
|
Kelompok
umur (Tahun)
|
Laki-laki
(Orang)
|
Perempuan
(Orang)
|
Jumlah
(Orang}
|
Persentase
|
1
|
0-14
|
324
|
307
|
631
|
30,68
|
2
|
15-55
|
612
|
634
|
1.246
|
60,57
|
3
|
56 ke atas
|
55
|
125
|
180
|
8,75
|
Jumlah
|
|
991
|
1.066
|
2,057
|
100,00
|
Sumber : Potensi Desa Baumata Tahun 2013.
4.2.4.
Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian
Pada umumnya
matapencaharian penduduk di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang
adalah petani, sebagian kecil lagi bermata pencaharian sebagai PNS, Pegawai
swasta, TNI/POLRI dan jasa-jasa lain. Adapun data mengenai jenis matapencaharian
di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Jumlah Penduduk
Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Baumata Kecmatan Taebenu Kabupaten Kupang Tahun
2013.
No
|
Mata
pencaharian
|
Jumlah
penduduk (Orang)
|
Persentase(%)
|
1
|
Petani
|
1011
|
49,15
|
2
|
PNS
|
99
|
4,81
|
3
|
TNI/POLRI
|
4
|
0,19
|
4
|
Swasta
|
795
|
38,60
|
5
|
Jasa-jasa
lain.
|
148
|
7,19
|
Jumlah
|
|
2057
|
100,00
|
Sumber: Potensi Desa Baumata Tahun 2013.
Pada Tabel 5 menujukkan
bahwa matapencaharian penduduk di Desa Baumata Kecamatan Taebenu pada umumnya
didominasi oleh sektor pertanian yaitu Petani sebanyak 1.011 jiwa (49,15%),
swasta 795 jiwa (38,6%), PNS 99 jiwa (4,881%), TNI.POLRI 4 Jiwa (0,19%) dan
jasa-jasa lain 148 jiwa (7,19%).
4.3.
Karakteristik Responden Rumah Tangga Petani Padi Sawah
4.3.1.
Umur
Faktor umur merupakan
salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pencurahan tenaga dan pikiran
seorang petani dalam melaksanakan kegiatan pertanian. Semakin tua umur
seseorang petani maka kekuatan fisiknya semakin menurun pengalamanya semakin
bertambah. Seorang petani yang berumur muda akan dengan mudah menerima suatu
inovasi dan sebaliknya semakin tua umur seorang petani maka cendrung untuk
bersikap konservativ dalam menerima suatu inovasi.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata – rata umur respoden di Desa Baumata Kecamatan Taebenu
adalah 49,72 tahun, dengan kisaran umur terendah adalah 31 tahun dan umur
tertinggi adalah 72 tahun. Dengan menggunakan konsep umur produktif adalah 15 –
55 tahun, maka umur petani padi sawah di Desa Baumata sebagian besar adalah
termasuk umur produktif (41 responden atau 68,33%) dan ada 19 orang yang
umurnya di atas umur produktif (31,66%). (lampiran 1.)
Tabel 6. Distribusi Responden
Berdasarkan Umur di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Tahun 2014.
No
|
Umur(Tahun)
|
Jumlah (Orang)
|
Persentase (%)
|
1.
|
15 – 55
|
41
|
68,33
|
2.
|
> 55
|
19
|
31,66
|
Jumlah
|
|
60
|
100,00
|
Sumber : Data Primer diolah dari
lampiran 1, Tahun 2014
4.3.2
Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting bagi petani untuk bisa menambah wawasan
petani tentang cara bertani yang lebih baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seorang petani maka ada kecendrungan untuk lebih menerima inovasi. Kaum petani
terdidik merupakan sumber informasi bagi petani lain di sekitarnya tentang
suatu inovasi.
Pendidikan sebagai
wahana untuk memperluas pengetahuan, dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu:
pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah cara
memeperluas pengetahuan lewat bangku pendidikan, mulai dari pendidikan dasar
hingga pendidikan tinggi. Sedangkan pendidkan nonformal adalah suatu sistem
pendidkan melalui kursus-kursus, pelatihan dan magang, yang materi , waktu,
tempat dan cara penyajiannya disesuaikan dengan kebutuhan petani.
Hasil penelitian
menunjukan bahwa tingkat pendidikan formal responden di Desa Baumata adalah
rata-rata enam tahun, sebanyak 42 orang (70%), tingkat pendidikan terendah
adalah tiga tahun dan tertinggi adalah 12 tahun (tamat SLTA). Ada petani
responden yang buta huruf sebanyak 2 orang (3,33%) . sedangkan tingkat
pendidikan nonformal petani responden adalah rata-rata pernah mengikuti
pendidikan nonfomal satu kali dengan kisaran 1-3 (lampiran 1.) pada umumnya petani
responden baru sekali mengikuti pelatihan pertanian.
Tabel 7. Distribusi Responden
Berdasarkan Keadaan Pendidikan di Desa Baumata Kecamatan Taebenu 2014.
Tingkat
pendidikan
|
|
Jumlah (Orang)
|
Persentase (%)
|
Formal
|
BH
|
2
|
3,33
|
|
SD
|
42
|
70
|
|
SMP
|
11
|
18,33
|
|
SMA
|
5
|
8,33
|
Non
formal
|
Pelatihan
|
60
|
100,00
|
TOTAL
|
60
|
100,00
|
Sumber : Data Primer diolah dari
lampiran 1, Tahun 2014.
Berdasarkan hasil
penelitian yang tertera pada tabel 7 dan (lampiran 1) , diketahui bahwa tingkat
pendidikan formal petani di daerah penelitian masih tergolong rendah, karena
tingkat pendidikan formal masih didominasi oleh pendidikan SD, dimana responden
yang berpendidikan SD sebanyak 42 orang (70 %), menyusul responden
berpendidikan SMP sebanyak 11 orang (18,33 %), responden berpendidikan SMA sebanyak 5 orang
(8,33%) serta responden yang tidak berpendidikan (BH) sebanyak 2 orang (3,33%).
Sedangkan untuk pendidikan nonformal, semua petani responden pernah mengikuti
kegiatan pelatihan, yakitu pelatihan pembuatan pupuk dan pupuk bokashi.
Oleh karena itu tingkat
pendidikan formal dan pendidikan nonformal petani yang rendah secara langsung
akan mempengaruhi penerapan sistem budidaya karena rendahnya pengetahuan dan
lambat pula kemampuanya dalam mengadopsi teknologi yang baru yang diperkenalkan
kepadanya sehingga dapat pula mempengaruhi produksi usahatani karena kurangnya
pengetahuan dan kemampuan petani.
Hal tersebut dikarenakan
sebagian besar petani padi sawah di Desa Baumata bergabung dalam kelompok tani.
Pendidikan nonformal dan pendidikan formal bertujuan untuk untuk menambah
pengetahuan , keterampilan petani dalam mengelola usahataninya yang diberikan
oleh lembaga-lembaga pemerintah seperti Dinas Pertanian serta LSM lainya.
4.3.3.
Luas Lahan yang Ditanami Padi Sawah
Lahan pertanian di
daerah penelitian berupa lahan padi sawah. Keadaan lahan pertanian di Desa
Baumata merupakan lahan kering dan lahan basah dengan kondisi yang cocok untuk
membudidayakan padi sawah. Total luas lahan yang dikelola oleh responden adalah
: 1686 are, dengan rata-rata luas lahan petani responden adalah 28,10 are (0,28 Ha) (lampiran 1.) dan
keseluruhan lahan tersebut adalah lahan milik petani sendiri dan pola tanam
monokultur yaitu padi sawah. Penggunaan lahan padi sawah untuk tanam padi sawah
setiap tahun sekali. Artinya setiap responden menggunakan lahan padi untuk
menanam padi, dan setelah tanam padi sawah berakhir dilanjutkan dengan menanam
jagung, kacang tanah dan lain-lain.
4.3.4.
Pengalaman Berusahatani.
Pengalaman berusahatani
seorang petani sangat mempengaruhi petani dalam menjalankan usahanya dan
selanjutnya dapat dilihat padda hasil yang diperoleh. Menurut Soehardjo dan
Patong (1984), kategori kurang berpengalaman apabila menggeluti bidang
pekerjaanya kurang dari 5 tahun, cukup berpengalaman apabila menggeluti
bidangnya selama 5-10 tahun dan berpengalaman apabila telah menggeluti
bidangnya diatas 10 tahun,dapat dilihat pada tabel 8 dan (lampiran 1.)
Tabel 8. Distribusi Responden
Berdasarkan Pengalaman Usahatani di Desa Baumata Tahun 2014.
Pengalaman
(Tahun)
|
Jumlah KK
|
Persentase (%)
|
<
5
|
0
|
0,0
|
5
sampai 10
|
0
|
0,0
|
>
10
|
60
|
100,00
|
Jumlah
|
60
|
100,00
|
Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran
1, Tahun 2014.
Pengalaman berusahatani
sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas usahatani, semakin
lama seorang petani melaksanakan usahataninya maka semakin tinggi pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan yang dimiliki dalam melaksanakan suatu usahatani
tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh petani berpengalaman berusahatani
adalah di atas 10 tahun, rata-rata 34 tahun.
4.3.5.
Tanggungan Keluarga.
Jumlah tanggungan
keluarga biasanya mempunyai korelasi dengan peningkatan pendapatan keluarga. Semakin
banyak jumlah anggota keluarga yang ditanggung akan semakin banyak pula tingkat
konsumsi rumah tangga. Hal ini akan merangsang petani untuk meningkatkan
pendapatanya baik dengan meningkatkan skala usaha ataupun dengan melakukan
diversifikasi usaha. Pengelompokan tanggungan keluarga dibagi menjadi tiga
kategori yakni “kecil” jika tanggungannya kurang dari 4 orang, “sedang” jika
tanggungan keluarganya 4-6 orang, dan “besar” jika tanggungan keluarganya lebih
dari 6 orang. (Purwanti 2007)
Tabel 9. Distribusi Responden
Berdasarkan Tanggungan Keluarga Petani Padi Sawah di Desa Baumata Kecamatan
Taebenu 2014.
Besar tanggungan
(Orang)
|
Jumlah KK
|
Persentase
((%)
|
< 4
|
11
|
18,33
|
4-6
|
32
|
53,33
|
>6
|
17
|
28,33
|
|
60
|
100,00
|
Sumber : Data Primer diolah dari
lampiran 1, Tahun 2014.
Berdasarkan pada Tabel 9
dan (lampiran 1) terlihat bahwa sebagian besar petani responden memiliki jumlah
anggota keluarga < 4 orang (11 KK) (18,33%),
jumlah 4-6 orang sebanyak 32 KK (53,33%)
dan jumlah > 6 orang sebanyak 17 KK (28,33%)
orang per rumah tangga petani. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata rumah
tangga petani di Desa Baumata merupakan tanggungan keluarga kecil, sedangkan rata-rata
jumlah responden anggota rumah tangga petani padi sawah di Desa Baumata adalah
: sebesar 4 0rang.
4.3.6.
Produksi dan Produktivitas Usahatani Padi Sawah.
Produksi dalam
usahatani adalah hasil yang diperoleh petani dari kegiatan kegiatan usahatani,
sedangkan produktivitas adalah perbandingan antara hasil produksi dengan input
yang digunakan.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa produksi rata-rata usahatani padi sawah di lokasi
penelitian adalah sebesar 1,14 ton/responden, sedangkan produktivitas sebesar
4,22 ton/ Ha. Jika dibandingkan dengan produktivitas optimal dalam program
supra insus sebesar 9 ton/ Ha, maka produktivitas ushatani padi sawah di lokasi
penelitian masih sangat rendah.
4.4. Potensi Tenaga Kerja
4.4.1.
Potensi Tenaga Kerja dalam Keluarga Responden Rumah Tangga Petani Padi Sawah di
Desa Baumata
Potensi tenaga kerja rumah tanggga padi sawah adalah
jumlah tenaga kerja potensial yang dimiliki oleh suatu rumah tangga. Menurut
Rukasah (1974) dalam Hernanto (1991),
dalam setahun seorang tenaga kerja pria bekerja selama 300 hari kerja, tenaga
kerja wanita bekerja selama 220 hari kerja dan tenaga kerja anak bekerja selama
140 hari kerja. Berdasarkan konsep ini maka dapat dihitung potensi tenaga kerja
rumah tangga petani di daerah penelitian.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata potensi tenaga kerja yang dimiliki rumah
tangga petani padi sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang
adalah 995 hari kerja yang terdiri dari potensi tenaga kerja laki-laki 555 hari
kerja, potensi tenaga kerja perempuan 359,33 hari kerja , potensi tenaga kerja anak
80,66 hari kerja. Data jumlah tenaga kerja dan potensi tenaga kerja rumah
tangga petani padi sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang
tahun 2014, secara lengkap dapat dilihat pada tabel 10 dan pada lampiran 2.
Tabel 10. Potensi Tenaga
Kerja Rumah Tangga Petani Padi Sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kpang Tahun 2014.
No
|
Jenis tenaga kerja
|
Rata2
(Orang)
|
Potensi tenaga kerja
(Hari Kerja)
|
1
|
Laki-laki
|
1,86
|
555
|
2
|
Perempuan
|
1,65
|
359,33
|
3
|
Anak
|
0,56
|
80,67
|
Jumlah
|
4,07
|
995
|
Sumber : Data primer diolah dari lampiran 2, Tahun 2014.
Menurut Rukasah (1974) dalam Hernanto
(1991), satu hektar lahan kering menyerap tenaga kerja sebanyak 630 hari
kerja, dan daerah sawah 870 hari kerja atau rata-rata 750 hari kerja. Karena penelitian
ini dilakukan pada lahan sawah, maka digunakan konsep penyerapan tenaga kerja
untuk lahan sawah sebesar 870 hari kerja per hektar sebagai patokan
perhitungan Mengacu pada data tabel 10
dan lampiran 1, potensi tenaga
kerja dalam keluarga lebih besar dari kebutuhan tenaga kerja, dalam satu hektar
lahan sawah. Apabila dikaitkan dengan luas lahan sawah rata-rata di daerah
penelitian yang hanya sebesar 0,28 Ha, maka potensi tenaga kerja dalam kelurga
yang ada sudah sangat berkelebihan.
4.5. Curahan Tenaga Kerja Dalam
Usahatani Padi Sawah
Tenaga
kerja merupakan salah satu faktor penentu dan tulang punggung dalam
keberhasilan kegiatan usahatani yang digeluti. Dalam melakukan kegiatan
usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan
dari luar keluarga serta tenaga kerja mekanik. Curahan tenaga kerja dalam
usahatani padi sawah dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan hari kerja
pria (HKP).
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jenis tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga
kerja manusia (Pria, Wanita, dan Anak) serta tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja
yang digunakan ini berasal dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga
dari luar keluarga yang digunakan berupa arisan dan tenaga kerja dari luar
bersal dari kelompok tani yang saling tolong menolong. Berikut ini akan
diuraikan 5 tahapan kegiatan usahatani padi sawah di Desa Baumata Kecamatan
Taebenu Kabupaten Kupang tahun 2014.
4.5.1. Pengolahan Lahan
Pengolahan
lahan di lokasi penelitian, petani menggunakan traktor tangan (handtractor) untuk mengolah tanah. Pada
tahap ini antara lain tanah dibajak, tanah tersebut dibiarkan digenangi air
selama beberapa hari (maksimal 4-5 hari) yang bertujuan agar tanah menjadi
lembek dan tahap berikut yaitu menghancurkan gumpalan tanah sehingga tanah
menjadi hancur serta perbaikan pematang yang berukuran kecil dan ditambal
dengan tanah atau lumpur, tahap berikut yaitu sisir yang bertujuan untuk
meratakan gumpalan-gumpalan tanah atau lumpur agar menjadi halus serta
permukaan tanah menjadi rata dan membenamkan sisa-sisa rumput. Dari hasil
wawancara, pada tahap ini membutuhkan tenaga kerja pria, wanita dan tenaga
kerja mesin, yang sumber tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan dari luar
keluarga. Rata-rata alokasi waktu tenaga kerja pria dalam keluarga sebesar 3,84
HKP, alokasi tenaga kerja wanita dalam keluarga rata-rata sebesar 0,17 HKP..
jumlah alokasi waktu tenaga kerja dalam keluarga pada tahap pengolahan lahan sebanyak
3,84 HKP. Pada tahap ini alokasi waktu untuk tenaga kerja luar keluarga lebih
besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja pria luar keluarga sebesar
2,64 HKP. Tenaga kerja mekanik pada tahap pengolahan lahan sebesar 40,36 HKP. Jumlah
alokasi waktu tenaga kerja luar keluarga sebesar 43,00 HKP. Total tenaga kerja dalam keluarga dan luar
keluarga pada tahap pengolahan lahan sebesar 4,84 HKP (lampiran 3 dan lampiran
4). Dalam tahap pengolahan lahan ini, dari hasil penelitian menyatakan bahwa di
lokasi penelitian, petani tidak menggunakan tenaga kerja hewan, dengan alasan
bahwa seiring pergantian jaman dan berkembangnya teknologi, petani mengubah
teknik pengolahan lahan, dengan menggunakan tenaga mekanik (traktor tangan).
4.5.2. Penanaman
Setelah benih ditaburkan (Pembibitan), bibit
yang telah berumur 15-18 hari, siap untuk ditanam di lahan sawah. Data hasil
penelitian menunjukkan bahwa benih atau bibit yang digunakan oleh petani
responden di Desa Baumata adalah benih varietas Ciherang dan IR. Pada tahap ini
alokasi tenaga kerja dalam keluarga yang dibutuhkan rata-rata adalah 2,96 HKP. Alokasi waktu tenaga kerja pria
dalam keluarga adalah rata-rata 1,83 HKP , dan tenaga kerja wanita 1,01 HKP,
serta alokasi waktu tenaga kerja anak rata-rata 0,12 HKP. Sedangkan tenaga
kerja dari luar keluarga pada tahap ini lebih mendominasi adalah tenaga kerja wanita
rata-rata adalah 5,02 HKP , diikuti dengan tenaga kerja pria luar keluarga
rata-rata adalah 2,32 HKP . Rata-rata penggunaan tenaga kerja luar keluarga
pada tahap ini adalah 7,33 HKP . Total penggunaan tenaga kerja dalam keluarga
dan luar keluarga pada tahap penanaman rata-rata sebesar 10,29 HKP. Dapat
dilihat pada( lampiran 3 dan lampiran 4).
4.5.3. Pemupukan
Petani
di lokasi sama sekali tidak menggunakan pupuk organik, tetapi mereka
menggunakan pupuk anorganik. Pupuk yang digunakan oleh petani di lokasi
penelitian adalah pupuk NPK, urea, TSP, dan KCL. Pada tahap ini hanya
menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yaitu pria dan wanita. Alokasi waktu
yang digunakan tenaga kerja pria dalam keluarga rata-rata adalah 0,39 HKP.
tenaga kerja wanita sebesar 0,19 HKP , dan total alokasi waktu tenaga kerja
pria dan wanita dalam keluarga pada tahap pemupukan sebesar 0,58 HKP).
(lampiran 3 dan lampiran 4).
4.5.4. Penyiangan dan Pembrantasan
HPT
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan
gulma atau rumput liar serta pencabutan tanaman padi yang tidak sehat dan
terserang pennyakit.penyiangan biasanya satu kali, yaitu sesudah pemupukan atau
sesuai dengan kondisi yang tejadi pada tanaman padi tersebut.
Pemberantasan
hama penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi yang terjadi yaitu sesuai dengan
ada atau tidaknya hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman padi di
daerah penelitian adalah walang sangit, wereng coklat, kupu-kupu putih dan burung pipit dan penggerek
batang. Dari hasil wawancara, hanya tenaga kerja pria dan wanita dalam keluarga
yang dibutuhkan . Alokasi waktu tenaga kerja pria rata-rata adalah 8,31 HKP,
dan alokasi waktu tenaga kerja wanita dalam keluarga rata-rata adalah : 5,40
HKP, dan total alokasi waktu pria dan wanita dalam keluarga pada tahap ini
rata-rata adalah : 13,71 HKP. (lampiran 3 dan lampiran 4).
4.5.5. Panen
Padi sawah dapat dipanen saat biji padi sudah
menguningg malainya, sekitar 95 %. Sedangkan jika panen menurut perkiraan umur
tergantung pada benih padi yang ditanam,
ada yang panen ketika padi berumur 100 hari dan ada juga panen setelah padi
berumur lebih dari 100 hari. Penentuan waktu panen yang tepat sangat
berpengaruh pada kualitas biji padi dan butiran beras yang dihasilkan. Padi
yang terlalu mudah akan menyebabkan persentase biji kosong tinggi. Sedangkan
panen yang terhambat akan menyebabka biji padi pecah saat digiling (mol) atau
hasil panen berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai.
Lamanya
pemanenan tergantung dari luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Rata-rata
lamanya pemanenan di lokasi penelitian yaitu satu (1) hari. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja dalam
keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, baik itu pria , wanita dan anak.
Alokasi waktu untuk tenaga kerja pria dalam keluarga pada tahap ini rata-rata adalah
2,02 HKP, tenaga kerja wanita dalam keluarga adalah rata-rata 1,22 HKP , dan
alokasi tenaga kerja anak dalam keluarga rata-rata adalah 0,01 HKP, pada tahap
ini peran dari tenaga kerja anak sangat rendah. Jumlah alokasi waktu tenaga
kerja dalam keluarga pada tahap ini rata-rata adalah : 3,24 HKP. Pada tahap
panen peran aktivitas dari tenaga kerja luar keluarga sangat tinggi antara lain
alokasi waktu tenaga kerja pria luar keluarga adalah rata-rata 2,50 HKP, tenaga
kerja wanita luar keluarga adalah rata-rata 5,46 HKP,.rata-rata alokasi waktu
tenaga kerja luar keluarga adalah 7,97 HKP. Total penggunaan tenaga kerja dalam
keluarga dan luar keluarga pada tahap panen rata-rata sebesar 11,21 HKP.(lampiran
3 dan lampiran 4). Setelah musim panen padi berakir, petani dilokasi penelitian
melanjutkan usaha mereka dengan melakukan penanaman jagung, kacang tanah, sayur
serta usaha lainnya.
Tabel 11. Analisis
rata-rata curahan tenaga kerja Pria,
Wanita, Anak dan Mekanik pada Usahatani Padi Sawah di Desa Baumata Kecamatan
Taebenu Kabupaten Kupang.
No
|
Tahapan
Kegiatan
|
ALOKASI WAKTU
TENAGA KERJA (HKP)
|
||||||||
DALAM KELUARGA
|
LUAR KELUARGA
|
|||||||||
P
|
W
|
A
|
JMLH
|
P
|
W
|
MK
|
JMLH
|
TOTAL
|
||
1
|
Pengolahan
lahan
|
3,84
|
0,17
|
|
4,01
|
2,64
|
|
40,36
|
43
|
47,01
|
2
|
Penanman
|
1,83
|
1,01
|
0,12
|
2,96
|
2,32
|
|
|
7,34
|
10,3
|
3
|
Pemupukan
|
0,39
|
0,19
|
|
0,58
|
|
|
|
|
0,58
|
4
|
Penyianag/pemebrantasan
HPT
|
8,31
|
5,4
|
|
13,71
|
|
|
|
|
13,71
|
5
|
Panen
|
2,02
|
1,,22
|
0
|
3,24
|
|
2,5
|
|
7,96
|
11,2
|
JUMLAH
|
16,39
|
7,99
|
0,12
|
24,5
|
|
7,46
|
40,36
|
58,3
|
82,8
|
Sumber : Data Primer
diolah dari Lampiran 3 dan 4,Tahun 2014.
Keterangan :
P
:Tenaga kerja Pria;
W
: Tenaga kerja Wanita;
A : Tenaga Kerja Anak.
4.6. Total Curahan Tenaga Kerja
4.6.1.Total
Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga
Penyerapan
tenaga kerja dalam keluarga adalah sebesar 24,5 HKP / 0,28/Ha atau 88 HKP / Ha. Jadi penyerapan
tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah adalah
sebesar 88 HKP..
Jika dibandingkan dengan potensi tenaga kerja dalam keluarga sebesar 995 Hari
Kerja, maka penyerapan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani pada
usahatani sawah masih sangat kecil. Hal ini disebabkan karena kegiatan petani
padi sawah di lokasi penelitian juga termasuk lahan kering (ladang) dan
beternak. Jadi sebagian tenaga kerja dalam keluarga dicurahkan untuk kegiatan –
kegiatn itu.
4.6.2.
Total Curahan Tenaga Kerja Luar Keluarga
Penyerapan
tenaga kerja luar keluarga sebesar 58,3 HKP / 0,28 Ha, atau 208,21 HKP / Ha.
Jadi, penyerapan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sawah adalah sebesar
208,21 HKP dalam satu tahun satu musim panen/tanam. Di lokasi penelitian dalam satu tahun satu kali panen, jadi
penyerapan tenaga kerja luar keluarga
dalam satu tahun adalah 208,21 HKP.
4.7.
Perbandingan Potensi dan Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Usahatani
Padi Sawah Di Desa Baumata.
Perbandingan
Potensi dan Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga di lokasi penelitian disajikan pada tabel 12.
Tabel 12. Perbandingan potensi
dan curahan tenaga kerja dalam keluarga(Ha).
Potensi
(HK)
|
Curahan
tenaga kerja (HKP)
|
Total (HKP)
|
|
|
Dalam keluarga
|
Luar keluarga
|
|
995
|
88
|
208,21
|
296
|
Sumber
: diolah dari data primer tahun 2015
Menurut
Rukassah (1974), dalam 1 Ha lahan sawah dalam satu tahun menyerap tenaga kerja
sebesar 870 Hari Kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan melihat
potensi tenaga kerja di lokasi penelitian sebesar 995 hari kerja serta total
curahan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 88 HKP / Ha, maka dapat dilihat
bahwa curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di lokasi
penelitian masih sangat kecil,
hal ini disebabkan karena kegiatan petani di lokasi penelitian juga termasuk
lahan kering (berladang), beternak, kegiatan rumah tangga dan social lainnya.
Sedangkan curahan tenaga kerja luar keluarga lebih besar yakni 208,21 HKP / Ha.
Hal ini terjadi karena petani padi sawah di lokasi penelitian menggunakan
sistem arisan tenaga kerja,
biasanya penggunaan tenaga krja secara begilir sesuai dengan tahapan kegiatan
pertanian yang dibutuhkan oleh petani, biasanya arisan tenaga kerja ini lebih
digunakan pada tahap pengolahan lahn, penanaman dan panen. Sehingga
hampir semua tahapan kegiatan usahatani padi sawah melibatkan tenaga kerja luar
keluarga, kecuali pada tahap kegiatan pemupukan serta penyiangan dan
pemeberantasan HPT.
Penggunaan tenaga kerja luar
keluarga pada usahatani padi sawah di daerah penelitian juga berkaitan dengan
tradisi yang berlaku di daerah penelitian tersebut. Secara turun temurun sudah
berlaku kebiasaan bahwa pada tahap pengolahan tanah dan penanaman petani
mengundang kaum kerabat untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Kaum
kerabat tersebut nantinya akan dilibatkan dalam kegiatan panen dan akan
mendapatkan imbalan innatura berupa gabah yang banyaknya tergantung dari hasil
panen yang diperoleh petani.
Upah innatura untuk kegiatan penanaman adalah 40 bleg untuk semua tenaga kerja
yang terlibat. Sedangkan upah untuk panen adalah sebesar 1 bleg untuk setiap
tenaga kerja dalam sehari.
Secara
keseluruhan, total curahan tenaga kerja
(dalam keluarga dan luar keluarga) pada usahatani padi sawah di daerah
penelitian adalah 82,8 HKP per 0,28 Ha, atau 296 HKP / Ha. Jadi, dalam satu
tahun ( satu kali tanam), curahan tenaga kerja total pada usahatani padi sawah
di daerah penelitian sebesar 296 HKP.
Jika kita bandingkan total curahan tenaga kerja di lokassi penelitian dengan
pendapat dari Rukasah (1974) yang menyatakan bahwa 1 Ha lahan sawah dalam satu
tahun menyerap 870 Hari Kerja, maka curahan tenaga kerja di daerah penelitian
masih jauh dari angka tersebut. Kondisi ini tentu akan berakibat pada produksi
dan produktivitas padi sawah di daerah penelitian yang masih kecil, yaitu hanya
1,14 ton /
0,28 Ha, atau 4,22 ton / Ha.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa :
1. Potensi
tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di desa Baumata rata-rata
995 hari kerja per rumah tangga petani, terdiri dari potensi tenaga kerja pria 555 hari kerja, potensi tenaga kerja wanita
359,33 hari kerja dan potensi tenaga kerja anak 80,6 hari kerja.
2. Curahan
tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa Baumata dari
seluruh rangkaian kegiatan pertanian dari pengolahan lahan, penanaman,
pemupukan, penyiangan/pemebrantasan HPT, serta panen antara lain, jumlah ini
dirinci sebagai berikut : Pria , Wanita, Anak adalah sebear 88 HKP / Ha
3. Curahan
tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa Baumata masih
sangat kecil. Potensi tenaga kerja sebesar 995 hari kerja, sedangkan curahan
tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa Baumata hanya sebesar
88 Hari Kerja Pria (HKP).
5.2. Saran
1. Pemerintah,
dalam hal ini petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL), mensosialisasi terkait
waktu kerja yang efektif yang sesuai dengan kondisi alam setempat.
2. Petani,
seharusnya lebih memperhatikan dan mengoptimalkan waktu kerja yang lebih baik,
hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja dalam keluarga di Desa
Baumata hanya sebesar 88 HKP.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga,
A. 1982. Ilmu Usahatani. Penerbit Alumni. Bandung.
Ashari, 2010. Peranan Perbankan Nasional dalam
Pembiayaan Sektor Pertanian
di Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta
Bakri. 2000. Ilmu Usahatani. Cempaka
Putih. Jakarta
BPS
NTT,2013. NTT dalam angka 2012, Badan Pusat Statistik NTT
BPS Kabupaten Kupang dalam angka 2013,
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang.
BPS Kabupaten Kupang,Kecamatan Taebenu dalam angka 2013.Badan Pusat
Statistik Kabupaten Kupang.
Hernanto,
F. 1991. Ilmu Usahatani. Penerbit Swadaya, Jakarta
Larasati, 2012. Efisiensi Alokatif
Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Petani padi di Desa Sambirejo Kecamatan
Saradan Kabupaten Madiun. Universitas Brawijaya. Malang.
Mosher. A.T.1991. Menggerakan dan Membangun
Pertanian. Penerbit CV Jasaguna, Jakarta.
Mubyarto,
1994. Pengantar Ekonomi Pertanian.
Penerbit LP3ES, Jakarta.
Mantra,
1985, Migrasi Desa-Kota, Yogyakarta, PPK, UGM
Pellokila,
M.R.,1993. Transformasi Peranan Ekonomi Sektor Pertanian dan Masalah
Ketenagakerjaan Makalah Seminar Problematika Program Pascasarjana UGM.
Yogyakarta.
Purwanti,
2007. Kajian Tenaga Kerja Dalam Pembangunan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Soeharjo
dan Patong, 1984.Sandi-Sandi Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi.
Fakultas Ilmu Pertanian, IPB Bogor.
Soekartiwi
, dkk.,1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press,
Jakarta.
Tohir.
K.A., 1983. Pengetahuan Tentang Usahatani Indonesia, Bina Aksara. Jakarta.
Tumanggor
D. S. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Coklat di Kabupaten Dairi.
Skripsi, IPB Bogor.
Yuniawan, A.I. 2012. Faktor-Faktor yang Berpenaruh
terhadap Produksi Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Ciamis Galuh. Ciamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar