Sabtu, 26 Desember 2015

CURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA BAUMATA KECAMATAN TAEBENU KABUPATEN KUPANG”



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
Indonesia  merupakan  salah  satu negara  agraris  terbesar  di Dunia.  Dengan potensi sumberdaya dan daya dukung ekosistem yang sangat besar. Indonesia dapat menghasilkan produk dan jasa pertanian, perkebunan, perikanan secara meluas (seperti bahan pangan, serat, bahan obat-obatan dan agrowista/wisata bahari) yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Sementara itu pertambahan jumlah penduduk di Indonesia semakin hari semakin meningkat menyebabkan permintaan terhadap produk pertanian akan terus meningkat pula (Bakri, 2000). Demi memenuhi kebutuhan akan hasil pertanian maka tindakan atau suatu kegiatan pertanian perlu dilaksanakan melalui pengembangan  usahatani.
Percepatan pembangunan pertanian berperan penting dalam penyediaan pangan yang cukup dan terjangkau oleh masyarakat. Walaupun dalam sumbangannya terhadap PDB mengalami penurunan, namun sektor pertanian masih akan tetap memegang peran yang sangat penting dalam perekonomian                                                                                                                        secara keseluruhan, karena mempunyai keterkaitan yang luas dengan sektor ekonomi lainnya.  Sampai dengan saat ini sektor pertanian tetap menyerap tenaga kerja terbesar sekitar 40 persen tenaga kerja pertanian dan menjadi penopang perekonomian di pedesaan, bahkan pada saat krisis ekonomi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian mengalami sedikit peningkatan.

Pembangunan pertanian merupakan transformasi sosial ekonomi  masyarakat di pedesaan.  Transformasi sosial ekonomi tersebut dapat berproses secara dinamis yang dalam jangka menengah atau panjang akan membawa dampak perubahan struktur sosial berupa pergeseran sektoral, kelembagaan dan tatanilai yang ada dalam masyarakat.  Perubahan sektoral secara agregat dapat dilihat dari sumbangan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja dan sumbangannya dalam Produk Domestik Bruto (PDB).
Tenaga kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam menunjang produksi, namun dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi jumlah tenaga kerja yang banyak tidak identik dengan produktivitas yang tinggi. Salah satu masalah yang dihadapi di daerah pedesaan adalah bagaiman tenaga kerja yang ada dapat ditahan di daerah pedesaan  tersebut sambil tetap dimanfaatkan dalam sektor pertanian. Oleh karena itu tenaga kerja yang dibutuhkan dituntut harus dapat menguasai teknologi karena penguasaan teknologi merupakan syarat mutlak untuk memacu industrialisasi atau dengan kata lain tenaga kerja harus produktif.
Upaya untuk menciptakan lapangan kerja apabila dihubungkan dengan penggunaan mekanisasi pertanian yang tepat guna, terlihat adanya hubungan yang negatif. Dengan adanya penggunaan mekanisasi tersebut berarti tenaga kerja yang dibutuhkan semakin berkurang, karena mekanisasi merupakan pembahuruan hemat tenaga kerja. Ciri hemat tenaga kerja dan terbatasnya kemungkinan pembagian peralatan pertanian itulah yang menimbulkan masalah bahwa ketepatgunaan suatu tipe mekanisasi tersebut sangat ditentukan oleh kondisi pemakaiannya, ukuran serta potensi produksi mekanisasi dalam suatu situasi tertentu.
Usahatani (farm) adalah bagian dari permukaan bumi dimana seseorang petani atau satu keluarga tani atau badan- badan tertentu melakukan kegiatan pertanian (Mubyarto, 1994). Kegiatan ini merupakan tindakan dari petani untuk berusaha dalam bidang pertanian dalam rangka menghasilkan suatu produk pertanian (Usahatani) yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh keluarganya atau untuk dipasarkan demi memenuhi kebutuhan industri.
Tanaman utama pertanian di Indonesia adalah padi. Padi merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia.Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh Petani Indonesia dan pernah menjadi salah satu negara pengekspor beras yaitu dicapainya swasembada beras pada tahun 1984 (Ashari, 2010).
Hasil kajian data makro menunjukkan bahwa untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dibandingkan dengan titik balik penyerapan tenaga kerja (labour turning point).  Artinya, laju pergeseran ekonomi sektoral relatif lebih cepat dibandingkan dengan laju pergeseran tenaga kerja.  Perubahan struktur yang tidak berimbang di antaranya ditunjukkan oleh penurunan pangsa sektor pertanian terhadap PDB yang sangat tajam, yaitu dari 51,8 persen (1961) menjadi 16 persen (1995), pada tahun 2000/2001 masih relatif bertahan sebesar 17.03/16.39 persen; yang tidak diiringi dengan penurunan penyerapan tenaga kerja yang seimbang, yang  hanya menurun dari 73,3 persen (1961) menjadi 48 persen (1995).  Bahkan dengan adanya dampak krisis ekonomi yang melanda. Indonesia terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Gambaran mikro dinamika penyerapan tenaga kerja dan kesempatan kerja di pedesaan sangat dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem setempat. Agroekosistem lahan sawah dipengaruhi oleh tipe irigasi, struktur penguasaan lahan pertanian, sistem usahatani, pola tanam dan siklus tanam, dan komoditas dominan yang diusahakan, serta sistem pola hubungan kerja.  Intensitas tanam yang lebih tinggi yang tergambarkan dalam siklus dan pola tanam akan mempunyai daya serap terhadap penyerapan kesempatan kerja yang lebih tinggi.  Struktur penguasaan lahan yang relatif lebih merata diperkirakan mempunyai daya serap yang lebih tinggi.  Pengusahaan komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi, seperti hortikultura khususnya sayuran dan perkebunan seperti tembakau mempunyai daya serap yang lebih tinggi, karena bersifat intensif kapital dan tenaga kerja.
Penurunan pangsa tenaga kerja sektor pertanian terhadapa PDB secara nyata yang tidak diikuti penurunan dalam penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, dikuatirkan akan menyebabkan penurunan produktivitas dan pendapatan tenaga kerja sektor pertanian di pedesaan. Konsekuensinya adalah sektor pertanian menanggung beban penyerapan tenaga kerja yang semakin berat. Dengan demikian perlu dilihat perubahan-perubahan sosial ekonomi secara mikro di pedesaan, sehingga dapat diperkirakan kearahmana perubahan-perubahan tersebut terjadi, serta langkah antisipatif dalam merumuskan rekomendasi kebijakan yang tepat.


Dinamika  sosial ekonomi  ketenagakerjaan yang  penting  diungkap  adalah
 pergeseran ketenagakerjaan di tingkat makro dan mikro, apakah dinamika yang terjadi di tingkat makro juga terjadi di tingkat mikro. Dengan demikian di tingkat mikro akan dapat diungkap :(1) Proporsi anggota rumah tangga usia kerja dan anggota rumah tangga yang bekerja menurut lokasi; (2) Keragaan jenis pekerjaan baik kepala rumah tangga (KK) maupun Anggota Rumah Tangga (ART) menurut lokasi dan sektor usaha; (3) Struktur alokasi / curahan waktu kerja rumah tangga menurut sektor usaha; (4) Perkembangan tingkat upah menurut jenis kegiatan antar lokasi; dan (5)  Pasar tenaga kerja di pedesaan lahan sawah.
Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam perekonomian, menempatkan sub sektor pertanian pangan (padi) sebagai salah satu sentral pembangunan pertanian. Sehingga kita dapat mengetahui potensi lahan sawah: luas panen 130.201 ha, produktivitas 30.30 kw/ha,  produksi 591.370 ton. Produktivitas ini didukung dengan tenaga kerja pertanian sebesar 1.360.265, (64,89 %) (BPS NTT 2013).
Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten yang ada di NTT yang juga berpotensi untuk pengembangan  usahatani padi sawah. Sehingga kita dapat mengetahui potensi usahatani padi sawah di Kabupaten Kupang antara lain : Luas Tanam 19709 Ha, Luas Panen 16625 Ha, Produktivitas 31,0 kw/ha, Produksi 51537,50 Ton. Potensi ini didukung oleh tenaga kerja pertanian kabupaten kupang sebesar 107.451 (74,10 %). (BPS Kabupaten Kupang 2013).
Desa Baumata merupakan salah satu Desa di Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, Desa ini juga merupakan salah satu desa yang berpotensi terhadap tanaman pangan (padi). Data kecamatan Taebenu Dalam Angka 2013 menunjukkan bahwa Desa Baumata memiliki luas tanam padi sawah 93 ha, luas panen 90 ha, produktivitas 31 kw/ha, produksi 2790 ton, (Kecamatan Taebenu Dalam Angka 2013 ).
Berdasarkan dari uraian  latar belakang diatas maka,  perlu adanya penelitian tentang “CURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA BAUMATA KECAMATAN TAEBENU KABUPATEN KUPANG”.












1.2.Rumusan Masalah
1.      Berapa besar potensi tenaga kerja usahatani padi sawah dalam keluarga di Desa Baumata?
2.      Berapa besar curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa Baumata ?
3.      Bagaimanakah perbandingan potensi dan curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah di Desa  Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang?

1.3         Tujuan
1.      Untuk mengetahui potensi tenaga kerja dalam keluarga pada usatani padi sawah di Desa  Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.
2.      Untuk mengetahui curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa  Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.
3.      Untuk mengetahui perbandingan potensi dan curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah di Desa  Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.

1.4         Kegunaan
1.      Bagi petani padi, dapat memberikan tambahan wawasan dalam menyikapi kemungkinan timbulnya permasalahan serta dalam pengambilan keputusan dalam usahatani padi.
2.      Bagi instansi terkait, dapat menjadi tambahan masukan dalam melengkapi bahan pertimbangan dalam membuat  kebijakan pembangunan sektor pertanian tanaman pangan.
3.      Bagi peneliti, penelitian ini sebagai langkah dalam penerapan ilmu pengetahuan dan sebagai pengalaman yang dapat dijadikan referensi, mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka dapat digunakan sebagai bahan lebih lanjut di masa yang akan datang.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Rujukan Penelitian Terdahulu.
Yuniawan (2012), dalam penelitiannya  tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada usahatani padi di Kabupaten Ciamis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan studi kasus di Desa Masawah Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis dengan ukuran sampel sebanyak 40 orang. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dimana estimasi parameter dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lahan dan keikutsertaan petani pada kegiatan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi.
Larasati (2012),  dalam  penelitiannya  tentang efisiensi alokatif faktor-faktor produksi dan pendapatan petani padi di Desa Sambirejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun, menyatakan bahwa faktor-faktor  produksi  yang  berpengaruh  dalam  kegiatan  usahatani  padi di Desa  Sambirejo,  Kecamatan  Saradan,  Kabupaten  Madiun  adalah  faktor produksi  benih  dan  tenaga  kerja.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  penambahan jumlah  penggunaan  benih  akan  berpengaruh  lebih  besar  terhadap  produksi padi. Namun penambahan tenaga kerja akan menurunkan produksi padi.  Hasil  analisis  efisiensi  alokatif  penggunaan  faktor - faktor  produksi  usahatani padi  menunjukkan  alokasi  penggunaan  benih  sebesar  1,24  kg/ha  dengan  hasil lebih  dari  1,  sehingga  belum  efisien  secara  alokatif.  Agar  penggunaan  benih usahatani  padi  efisien,  maka  perlu  dilakukan  penambahan  alokasi  benih sebesar  59,58  kg/ha.  Sedangkan  faktor  produksi  tenaga  kerja dimasukkan  ke  dalam  analisis  efisiensi  alokatif  karena  memiliki  pengaruh. Tumanggor, (2009), melakukan penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Hasil dari penelitian ini adalah variabel luas lahan, waktu jam kerja, pestisida, umur tanaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Sedangkan variabel pupuk berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Model analisis yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).
2.2         Landasan Teori
2.2.1. Konsep Teori Usahatani.
            Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air  perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu , sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atasa tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Dalam ekonomi pertanian dibedakan pengertian produktivitas ekonomi daripada usahatani
Menurut Rivai (1980) dalam Hernanto (1991) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Jenis usahatani bervariasi karena setiap bagian lahan memiliki kemampuan yang berbeda dan beragam keputusan manusia yang ditetapkan atas usahatani mereka. Adiwilaga (1982) mendefinisikan usahatani sebbagai ilmu yang mempelajari cara-cara seorang petani sebagai pengusaha menyusun, mengatur dan menjalankan usaha itu.
Usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi di mana seorang petani, sebuah keluarga tani, atau badan usaha lainya, bercocok tanam atau memelihara ternak (Mosher, 1991). Jika dikaitkan dengan analisis ekonomi, maka usahatani adalah kegiatan ekonomi karena ilmu ekonomi turut membantu pengembangannya (Hernanto, 1991).
2.2.2. Konsep Teori Tenaga Kerja
Tenaga kerja uasahatani merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal dan pengelolaan. Jenis tenaga kerja lain selain tenaga kerja manusia,yaitu  ternak dan mekanik. Kadangkala tenaga kerja merupakan faktor produksi utama hal ini menunjukkan posisi petani pada usaha taninya. petani bukan hanya mengelola usahatani, tetapi juga tulang punggung keluarga sebagai sumber tenaga kerja utama usahataninya. Petani akan mengupayakan sebagian tambahan tenaga kerja luar keluarga ( Hernanto, 1991: ). Peningkatan intensitas tenaga kerja dalam kenyataannya dapat muncul dalam 2 bentuk , yakni :
1.             Intensitas tenaga kerja yang tidak mempengaruhi produksi, justru mengurangi hasil bersih.
2.             Peningkatan intensitas penggunaan tenaga kerja yang sejajar dengan peningkatan produksi. ( Tohir, 1983).
Meurut Prijono ( 1981 ) dalam Pellokila ( 1993 ), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Dalam beberapa literatur tenaga kerja diartikan sebagai penduduk yang berumur 15-65 tahun. Tetapi pakar demografi di Indonesia berdasarkan kenyataan yang ada berpendapat bahwa , untuk Indonesia tenaga kerja adalah semua penduduk yang berusia sepuluh tahun keatas. secara singkat tenaga kerja didefenisikan sebagai jumlah seluruh penduduk dalam suatu wilayah tertentu yang dapat memproduksi barang dan jasa dan jika ada permintaan terhadap  tenaga mereka. Serta jika mereka mau berpartisipasi dengan aktivitas yang bersangkutan.  Sesuai dengan definisi ini maka tenaga kerja harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.      Berusia sepuluh tahun ke atas
2.      Dapat memproduksi barang dan jasa
3.      Jika ada permintaan terhadap tenaga mereka
4.      Jika tenaga kerja yang bersangkutan mau berpartisipasi.
2.2.3. Angkatan kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Faktor produksi tenaga kerja sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu usahatani. Petani dalam menjalankan usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaga  (labor), tetapi juga bertindak sebagai seorang pemimpin (manajer) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan  (Mubyarto, 1994). Selanjutnya dijelaskan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani sangat menentukan kualitas tenaga kerja.
Potensi tenaga kerja rumah tangga petani adalah adalah jumlah tenaga kerja potensial yang tersedia pada tingkat rumah tanga yang meliputi tenaga kerja pria, wanita, anak-anak,ternak dan tenaga kerja mekanik (Heranto, 1989). Rukasah (1974) dalam Hernanto (1989) mengemukakan bahwa dalam setahun seorang tenaga kerja pria bekerja selama 300 hari kerja, tenaga kerja wanita bekerja selama 220 hari dan tenaga kerja anak-anak 140 hari kerja serta tenaga kerja ternak dua kali tenaga kerja pria. Selanjutnya dijelaskan bahwa hari kerja potensial untuk daerah kering adalah 630 hari kerja per hektar dan daerah sawah 870 hari kerja per hektar atau rata-rata 750 hari kerja per hektar.
Tenaga kerja atau manpower adalah penduduk usia kerja, yaitu besarnya bagian dari penduduk yang dapat diikutsertakan dalam proses ekonomi ( Tan Goan Tiang, (1965)  dalam Mantra (1985 ). Di Indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi (Biro Pusat Statistik, 1983 dalam Mantra, 1985). Angkatan kerja menurut BPS (1983) terdiri dari penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali tetapi mencari pekerjaan secara aktif. Bagi mereka yang berusia 10 tahun atau lebih tidak bekerja atau mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah tangga, pensiun atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja tidak dimasukan ke dalam angkatan kerja ( Mantra, 1985 ). 
Angkatan kerja diartikan sebagai penduduk yang bekerja dan penduduk yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Pada hakekatnya , angkatan kerja adalah tenaga kerja yang mau menyumbangkan atau berkemauan untuk menyumbangkan tenaganya untuk menghasilkan barang dan jasa dengan menerima upah atau gaji berupa uang atau barang ( Prijono, 1983 dalam Pellikila.1993 ).
2.2.4 Ukuran Tenaga Kerja
Ukuran tenaga kerja diperlukan untuk menyusun perencanaan, menyusun anggaran menganalisis produktivitas atau efesiensi tenaga kerja.  Ukuran tenaga kerja biasanya dinyatakan dalam satuan waktu menurut jenis tenaga kerja yang diukur. Misalnya HKP, HKW.  Jika tidak membedakan tenaga kerja pria atau wanita dinyatakan dengan orang yaitu (HKO) dalam bentuk kecil misalnya jam JKP, JKW.  Satuan kerja dalam bentuk jam dapat di konversi ke hari kerja selama ada patokan jam kerja per hari.  Misalnya satu hari kerja setara 7 jam kerja. Maka jika ada usahatani yang  memperkerjakan pria sebanyak 140 JKP setara dengan 20 HKP.  Jika satu bulan kerja setara dengan 25 hari kerja, maka jika ada usahatani yang menggunakan tenaga wanita sebanyak 100 HKW, berarti setara dengan 4 BKW(bulan kerja wanita)  Satuan kerja lain yang mengacu kepada hitungan tahun. Dikenal ada satuan setara kerja orang satu tahun (person Year Equivalen- PYE). Misalkan ada usahatani memperkerjakan tenaga kerja 372 HKP dan satu bulan setara 25 HKP maka 372 HKP setara dengan (372/25)/12 = 1.24 PYE  Besaran tersebut menyatakan bahwa usahtani tersebut telah menggunakan tenaga kerja setara dengan 124 orang yang bekerja secara penuh sepanjang tahun. Rumus PYE = Jumlah bulan kerja 12 bulan.



2.2.5. Konsep Pengukuran Potensi Tenaga Kerja dan Curahan Tenaga Kerja.
Faktor produksi tenaga kerja sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu usahatani. Petani dalam menjalankan usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaga  (labor), tetapi juga bertindak sebagai seorang pemimpin (manajer) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan  (Mubyarto, 1994). Selanjutnya dijelaskan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani sangat menentukan kualitas tenaga kerja.
Potensi tenaga kerja rumah tangga petani adalah adalah jumlah tenaga kerja potensial yang tersedia pada tingkat rumah tangga yang meliputi tenaga kerja pria, wanita, anak-anak,ternak dan tenaga kerja mekanik (Heranto, 1991). Rukasah (1974) dalam Hernanto (1991) mengemukakan bahwa dalam setahun seorang tenaga kerja pria bekerja selama 300 hari kerja, tenaga kerja wanita bekerja selama 220 hari dan tenaga kerja anak-anak 140 hari kerja serta tenaga kerja ternak dua kali tenaga kerja pria. Selanjutnya dijelaskan bahwa hari kerja potensial untuk daerah kering adalah 630 hari kerja per hektar dan daerah sawah 870 hari kerja per hektar atua rata-rata 750 hari kerja per hektar.
Suharja dan Patong (1978) menyatakan bahwa satuan-satuan ukuran tenaga kerja yang dapat dijadikan ukuran usahatani adalah (1)  jumlah jam kerja dan kerja total (2) jumlah hari kerja orang HKO. Soekartiwi, dkk (1986) mengemukakan bahwa curahan kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja yang efektif dengan satuan hari kerja orang (HKO). Dimana ketentuanya adalah 7 jam kerja pria sama dengan 1 HKO. 7 jam kerja wanita sama dengan 1 HKO dan 7 jam kerja anak sama dengan 1 HKO. Namun berdasarkan undang-undang tenaga kerja nomor 25 tahun1997 pasal 96 (3) dinyatakan bahwa anak-anak tidak boleh bekerja 4 jam sehari. Untuk setiap orang satu hari biasanya diperhitungkan 7 (tujuh ) jam kerja  ( Hernato , 1991 ). Dalam penelitian ini HKO atau Hari Kerja Orang menunjukan pada jumlah hari, jumlah jam serta jumlah orang yang dicurahkan untuk satu jenis kegiatan atau pekerjaan.
Potensi & Pencurahan Tenaga Kerja  Potensi tenaga kerja petani adalah jumlah tenaga kerja potensial yang tersedia pada satu keluarga petani. Menurut Rukasah (1974), untuk mengetahui potensi Tenaga Kerja keluarga harus dilipatkan atau dikalikan pencurahannya dalam satu tahun. Seorang pria akan bekerja 300 hari kerja dalam setahun. Wanita 226 hari kerja dan anak 140 Hk. FAO menggunakan 250 hari kerja pertahun.  YANG 1955 membuat konversi tenaga kerja yaitu membandingkan tenaga kerja pria sebagai ukuran baku dan jenis tenaga kerja lain di konversikan atau disetarakan dengan pria : 1 pria = 1 hari kerja pria 1 Wanita = 0,7 hari kerja pria 1 ternak = 2 hari kerja pria 1 anak = 0,5 hari kerja pria. 1 hari kerja mekanik=   25 HKP.









BAB III
METODE PENELITIAN
3.1         Kerangka Pemikiran
Petani adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usahatani sebagai matapencaharianya. Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan dengan produksi dan pemasaran hasil usahataninya maupun masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Tenaga kerja keluarga dalam usahatani merupakan tulang punggung dari pengelolaan tatarumah tangga keluarga dan tata rumah tangga usaha. Karena penggunaan tenaga kerja keluarga petani harus diatur secara rasional dan efisien. Harus diusahakan jangan sampai terjadi waktu-waktu yang kosong yang berlebihan. Pembagian tenaga kerja secara efisien dan rasional akan merupakan dasar untuk memperoleh imbalan jasa yang tinggi bagi keluarga.
Potensi tenaga kerja yang banyak dalam keluarga membawa dampak yang baik bagi keluarga tersebut, sehingga ada keterkaitan terhadap pembagian kerja dalam kegiatan usahatani disesuaikan dengan potensi/jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Untuk mengetahui potensi dan curahan tenaga kerja dalam keluarga menggunakan suatu analisis HKP ( Hari Kerja Pria ). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran  sebagai berikut :


PETANI PADI SAWAH
POTENSI TENAGA DALAM KELUARGA
TK. HEWAN
TK.MANUSIA
(PRIA, WANITA, ANAK-ANAK)
TK.MEKANIK
 







                                                                 



CURAHAN TENAGA KERJA DALAM KELUARGA
                                                                                                              
                                               

Skema. Kerangka Pemikiran





3.2         Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. Pengumpulan  data telah dilaksanakan pada  Bulan Oktober 2014.
3.3         Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :
1.             Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan – pertimbangan bahwa Desa Baumata merupakan salah satu desa yang cukup potensial untuk usahatani padi sawah.
2.             Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani pada usahatani padi sawah sebanyak 150 orang.  Proses penentuan sampel menggunakan metode penarikan contoh secara acak (simple random sampling). Ukuran sampel ditetapkan dengan rumus yang dikemukakan oleh Slovin dengan rumus : 
Keterangan :
n = besar sampel yang diinginkan                                        
N = besar populasi
 = tingkat kepercayaan yang diingikan (0, )

Maka besar sampel yang diinginkan adalah :
                                 
                              =

                              = 60

3.4         Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari tingkat desa, kota, instansi terkait serta dari studi kepustakaan.
3.5         Pengamatan Dan Konsep Pengukuran
Hal – hal yang perlu diamati dalam penelitian ini adalah :
1.             Identitas responden, meliputi : Nama, umur (Tahun), jenis kelamin (L/P), pendidikan (formal (Tahun)  dan nonformal (Frekeunsi))
2.             Luas lahan padi sawah yang diusahakan, (are)
3.             Jumlah tenaga kerja rumah tangga petani
-        Dari dalam keluarga (HKP)
-        Dari luar keluarga (HKP)
4.             Pembagian jam kerja berdasarkan kegiatan-kegiatan pertanian (HKP)
5.             Tenaga kerja yaitu : tenaga yang digunakan dalam kegiatan produksi  yang dihitung  dalam satuan Hari Kerja setara Pria (HKP).
6.             Jenis tanaman yang diusahakan.
7.             Produksi , yaitu : jumlah produk fisik yang dihasilkan dari kegiatan usahatani (kg)
8.             Keadaan lahan meliputi status kepemilikan lahan (milik, sewa, sakap) luas lahan ( are, ).
3.6         Model Dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian ditabulasi sesuai dengan keperluan analisis.
1.             Untuk menjawab tujuan yang pertama tentang berapa besar potensi tenaga kerja usahatani padi sawah dalam keluarga di Desa Baumata, menggunakan analisis deskriptif kualitatif sederhana yang dikemukakan oleh Rukasah (1974) dalam hernanto (1989) adalah sebagai berikut : 1 tenaga kerja pria = 300 hari kerja
            1 tenaga kerja wanita = 220 hari kerja
1        tenaga krja anak = 140 hari kerja.
2.             Untuk menjawab tujuan kedua mengetahui curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, data dianalisis menggunakan analisis yang dikemukakan Hernanto (1989), Dengan rumus sebagai berikut :
·         HKP =  Jumlah Tenaga Kerja X Jumlah Hari Kerja X Jumlah Jam Kerja
                                                            7
·         Tenaga kerja wanita.  = ( ) X 0,7
7
·         Tenaga kerja anak. (  
7
·         Tenaga kerja mekanik 25 HKP.
Curahan Tenaga Kerja = TK PRIA + TK WANITA + TK ANAK + TK MEKANIK.

3.             Untuk menjawab tujuan ketiga mengetahui perbandingan potensi tenaga kerja dan curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, data dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Taebenu
4.1.1 Keadaan Geografis
Kecamatan Taebenu merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Kupang, dengan luas wilayah 103,46 . Secara administrasi memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan        : Kecamatan Kupang Tengah
Sebelah selatan berbatasan dengan     : Kecamatan Nekamese
Sebelah timur berbatasan dengan       : Kecamatan Amarasi
Sebelah barat berbatasan dengan        : Kecamatan Kota Kupang
4.1.2 Keadaan Penduduk
Penduduk Kecamatan Taebenu terdiri dari suku Timor, Rote, dan Sabu. Jumlah penduduk pada tahun 2012 adalah 15.628 jiwa, terdiri dari laki-laki 7.780  jiwa dan perempuan 7.902 jiwa.




Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Taebenu dirinci Tiap Desa
No
Desa
Laki-laki
%
Perempuan
%
Jumlah
%
1
Bokong
1172
49.80
1181
50.20
2353
14.98
2
Kuaklalo
257
50.99
247
49.1
504
3.20
3
Oeletsala
601
48.15
647
51.85
1248
7.94
4
Oeltua
1435
49.67
1454
50.32
2889
18.39
5
Baumata
1075
52.26
982
47.74
2057
13.10
6
Baumata timur
1082
50
1062
49.07
2164
13.78
7
Baumata barat
1533
47.30
1708
52.69
3241
20.64
8
Baumata utara
625
50.16
621
69.84
1246
7.93

Jumlah
7780
100.00
7902
100.00
15.702
100.00
Sumber : Proyeksi Penduduk Tahun 2013, Taebenu dalam Angka 2013.
Berdasarkan Tabel 1. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa Baumata Barat dengan jumlah penduduk sebesar 3.241 jiwa (20.64%), yang terdiri dari 1533 jiwa penduduk laki-laki (47.30%) dan 1708 jiwa penduduk perempuan (52.69%). Sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di Desa Kuaklalo yakni sebesar 504 jiwa (3.20%), yang terdiri dari 257 jiwa penduduk laki-laki (50.99%) dan penduduk perempuan sebesar 247 jiwa (49.1%).
4.1.3 Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dan Kesehatan
Berdasarkan pada data kecamatan Taebenu dalaam angka tahun 2013 terdapat 5 unit taman kanak-kanak , 6 unit sekolah dasar negri , 4 unit sekolah dasar swasta , 3 unit sekolah menengah pertama negri, 1 unit Sekolah Menengah Atas Negri dan 1 unit Sekolah Menengah Atas Swasta, sedangkan untuk sarana kesehatan terdapat 1 unit puskesmas pembantu dan 2 unit poliklinik/Balai pengobatan.


4.1.4. Keadaan Pertanian
Penduduk di Kecamatan Taebenu pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani.Tanaman pangan yang diusahakan berupa padi dengan luas panen 305 ha serta produksi 945 ton. Jagung dengan luas panen 907 ha  serta produksi 2494 ha, kacang tanah dengan luas panen 123 ha  serta produksi 147 ton dan ubi kayu dengan luas panen 197 ha serta produksi 147. Tanaman hortikultura berupa petsai/sawi dengan produksi 3 kw, kacang panjang produksi 3 kw , mentimun  1 kw , cabe produksi 4 kw , dan kangkung  produksi 1 kw  pisang produksi 8 231 kw , mangga produksi I 198 kw , pepaya produksi 805 , nangka produksi I 131 kw dan sirsak produksi I 031 kw. Serta tanaman perkebunan sebagai berikut :
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Beberapa Jenis Usahatani yang Dilakukan di Kecamatan Taebenu Tahun 2013
No
Komoditas
Luas lahan (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
1
Padi sawah
305
945
3.10
2
Jagung
907
2494
2.75
3
Kacang tanah
123
147
1.20
4
Ubi kayu
197
147
0.75
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kupang ,Taebenu Dalam Angka 2013.














Sedangkan jenis tanaman perkebunan dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3. Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman di Kecamatan Taebenu.
Jenis tanaman
Pohon
Jumlah produksi (kg)
Tanaman muda
Tanaman produktiv
Tanaman tua/rusak
Jumlah
Kelapa
60
299
35
394
159,50
Kapuk
-
336
133
469
158,39
Kemiri
55
67
-
122
26,80
Pinang
15
24
-
39
19,20
Jambu mente
25
323
-
348
45,22
Lontar
10
9
-
19
2,00
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kupang, Taebenu dalam angka Tahun 2013.


4.2 Gambaran Umum Desa Baumata

4.2.1. Keadaan Geografis
Kondisi geografis suatu wilayah memiliki peran penting terhadap tumbuh kembangnya perekonomian dalam wilayah tersebut. Desa Baumata merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, jarak Desa Baumata ke Kecamatan 2,5 km, sedangkan jarak ke ibukota kabupaten 32 Km. Topografi Desa Baumata pada umumnya adalah berbukit dengan ketinggian 300 m di atas permukaan laut.
Secara administrasi Desa Baumata berbatasan dengan beberapa Desa sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan       : Desa Baumata Utara
Sebelah Selatan berbatasan dengan    : Desa Oeltua
Sebelah Timur berbatasan dengan      : Desa Baumata Timur.
Sebelah barat berbatasan dengan        : Desa Baumata Barat
Desa Baumata termasuk daerah yang beriklim kering dengan musim hujan berlangsung 5 bulan yaitu pada bulan November sampai Maret dan musim kemarau berlangsung selama 7 bulan yaitu pada bulan April sampai bulan Oktober, sedangkan suhu pada desa Baumata rata-rata 35  dan topografi dari Desa ini adalah berbukit.
4.2.2 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk Desa Baumata terdiri dari suku Timor, Rote, dan Sabu. Penduduk di Desa Baumata pada tahun 2012 berjumlah 2.057 jiwa dengan perincian, laki-laki 1.075 jiwa dan perempuan 982 jiwa yang tergabung dalam 507 Kepala Keluarga (KK). Kepadatan penduduk Desa Buamata rata-rata 351,62 jiwa / .
4.2.3. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Usia.
Berdasarkan data Desa Baumata,  data dalam angka tahun 2013 menunjukkan bahwa penduduk berusia 0 – 14 tahun sebanyak 631 jiwa atau (30,68%), jumlah penduduk yang berusia 15-55 tahun berjumlah 1246 jiwa atau (60,57%), sedangkan yang berusia lebih dari 55 tahun 180 jiwa atau (8,75%). Hal ini menunjukan bahwa penduduk yang berusia produktif lebih besar, dengan kondisi tersebut akan berpengaruh besar terhadap kemampuan fisik masyarakat dalam bekerja guna meningkatkan produksi pertanian, serta kecendrungan untuk menerima inovasi baru lebih besar. Adapun gambaran tentang keadaan penduduk di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang menurut kelompok umur penduduk tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang Tahun 2013.

No
Kelompok umur (Tahun)
Laki-laki (Orang)
Perempuan (Orang)
Jumlah (Orang}
Persentase
1
0-14
324
307
631
30,68
2
15-55
612
634
1.246
60,57
3
56 ke atas
55
125
180
8,75
Jumlah

991
1.066
2,057
100,00
Sumber : Potensi Desa Baumata Tahun 2013.
4.2.4. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian
Pada umumnya matapencaharian penduduk di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang adalah petani, sebagian kecil lagi bermata pencaharian sebagai PNS, Pegawai swasta, TNI/POLRI dan jasa-jasa lain. Adapun data mengenai jenis matapencaharian di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Baumata Kecmatan Taebenu Kabupaten Kupang Tahun 2013.

No
Mata pencaharian
Jumlah penduduk (Orang)
Persentase(%)
1
Petani
1011
49,15
2
PNS
99
4,81
3
TNI/POLRI
4
0,19
4
Swasta
795
38,60
5
Jasa-jasa lain.
148
7,19
Jumlah

2057
100,00
Sumber: Potensi Desa Baumata Tahun 2013.
Pada Tabel 5 menujukkan bahwa matapencaharian penduduk di Desa Baumata Kecamatan Taebenu pada umumnya didominasi oleh sektor pertanian yaitu Petani sebanyak 1.011 jiwa (49,15%), swasta 795 jiwa (38,6%), PNS 99 jiwa (4,881%), TNI.POLRI 4 Jiwa (0,19%) dan jasa-jasa lain 148 jiwa (7,19%).
4.3. Karakteristik Responden Rumah Tangga Petani Padi Sawah
4.3.1. Umur
Faktor umur merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pencurahan tenaga dan pikiran seorang petani dalam melaksanakan kegiatan pertanian. Semakin tua umur seseorang petani maka kekuatan fisiknya semakin menurun pengalamanya semakin bertambah. Seorang petani yang berumur muda akan dengan mudah menerima suatu inovasi dan sebaliknya semakin tua umur seorang petani maka cendrung untuk bersikap konservativ dalam menerima suatu inovasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata – rata umur respoden di Desa Baumata Kecamatan Taebenu adalah 49,72 tahun, dengan kisaran umur terendah adalah 31 tahun dan umur tertinggi adalah 72 tahun. Dengan menggunakan konsep umur produktif adalah 15 – 55 tahun, maka umur petani padi sawah di Desa Baumata sebagian besar adalah termasuk umur produktif (41 responden atau 68,33%) dan ada 19 orang yang umurnya di atas umur produktif (31,66%). (lampiran 1.)
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Tahun 2014.
No
Umur(Tahun)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1.
15 – 55
41
68,33
2.
> 55
19
31,66
Jumlah

60
100,00
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 1, Tahun 2014
4.3.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi petani untuk bisa menambah wawasan petani tentang cara bertani yang lebih baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang petani maka ada kecendrungan untuk lebih menerima inovasi. Kaum petani terdidik merupakan sumber informasi bagi petani lain di sekitarnya tentang suatu inovasi.
Pendidikan sebagai wahana untuk memperluas pengetahuan, dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu: pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah cara memeperluas pengetahuan lewat bangku pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Sedangkan pendidkan nonformal adalah suatu sistem pendidkan melalui kursus-kursus, pelatihan dan magang, yang materi , waktu, tempat dan cara penyajiannya disesuaikan dengan kebutuhan petani.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan formal responden di Desa Baumata adalah rata-rata enam tahun, sebanyak 42 orang (70%), tingkat pendidikan terendah adalah tiga tahun dan tertinggi adalah 12 tahun (tamat SLTA). Ada petani responden yang buta huruf sebanyak 2 orang (3,33%) . sedangkan tingkat pendidikan nonformal petani responden adalah rata-rata pernah mengikuti pendidikan nonfomal satu kali dengan kisaran 1-3 (lampiran 1.) pada umumnya petani responden baru sekali mengikuti pelatihan pertanian.
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Pendidikan di Desa Baumata Kecamatan Taebenu 2014.

Tingkat pendidikan

Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Formal
BH
2
3,33

SD
42
70

SMP
11
18,33

SMA
5
8,33
Non formal
Pelatihan
60
100,00
TOTAL
60
100,00
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 1, Tahun 2014.
Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada tabel 7 dan (lampiran 1) , diketahui bahwa tingkat pendidikan formal petani di daerah penelitian masih tergolong rendah, karena tingkat pendidikan formal masih didominasi oleh pendidikan SD, dimana responden yang berpendidikan SD sebanyak 42 orang (70 %), menyusul responden berpendidikan SMP sebanyak 11 orang (18,33 %),  responden berpendidikan SMA sebanyak 5 orang (8,33%) serta responden yang tidak berpendidikan (BH) sebanyak 2 orang (3,33%). Sedangkan untuk pendidikan nonformal, semua petani responden pernah mengikuti kegiatan pelatihan, yakitu pelatihan pembuatan pupuk  dan pupuk bokashi.
Oleh karena itu tingkat pendidikan formal dan pendidikan nonformal petani yang rendah secara langsung akan mempengaruhi penerapan sistem budidaya karena rendahnya pengetahuan dan lambat pula kemampuanya dalam mengadopsi teknologi yang baru yang diperkenalkan kepadanya sehingga dapat pula mempengaruhi produksi usahatani karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan petani.
Hal tersebut dikarenakan sebagian besar petani padi sawah di Desa Baumata bergabung dalam kelompok tani. Pendidikan nonformal dan pendidikan formal bertujuan untuk untuk menambah pengetahuan , keterampilan petani dalam mengelola usahataninya yang diberikan oleh lembaga-lembaga pemerintah seperti Dinas Pertanian serta LSM lainya.
4.3.3. Luas Lahan yang Ditanami Padi Sawah
Lahan pertanian di daerah penelitian berupa lahan padi sawah. Keadaan lahan pertanian di Desa Baumata merupakan lahan kering dan lahan basah dengan kondisi yang cocok untuk membudidayakan padi sawah. Total luas lahan yang dikelola oleh responden adalah : 1686 are, dengan rata-rata luas lahan petani responden adalah  28,10 are (0,28 Ha) (lampiran 1.) dan keseluruhan lahan tersebut adalah lahan milik petani sendiri dan pola tanam monokultur yaitu padi sawah. Penggunaan lahan padi sawah untuk tanam padi sawah setiap tahun sekali. Artinya setiap responden menggunakan lahan padi untuk menanam padi, dan setelah tanam padi sawah berakhir dilanjutkan dengan menanam jagung, kacang tanah dan lain-lain.
4.3.4. Pengalaman Berusahatani.
Pengalaman berusahatani seorang petani sangat mempengaruhi petani dalam menjalankan usahanya dan selanjutnya dapat dilihat padda hasil yang diperoleh. Menurut Soehardjo dan Patong (1984), kategori kurang berpengalaman apabila menggeluti bidang pekerjaanya kurang dari 5 tahun, cukup berpengalaman apabila menggeluti bidangnya selama 5-10 tahun dan berpengalaman apabila telah menggeluti bidangnya diatas 10 tahun,dapat dilihat pada tabel 8 dan (lampiran 1.)

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani di Desa Baumata Tahun 2014.

Pengalaman (Tahun)
Jumlah KK
Persentase (%)
< 5
0
0,0
5 sampai 10
0
0,0
> 10
60
100,00
Jumlah
60
100,00
Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 1, Tahun 2014.
Pengalaman berusahatani sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas usahatani, semakin lama seorang petani melaksanakan usahataninya maka semakin tinggi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki dalam melaksanakan suatu usahatani tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh petani berpengalaman berusahatani adalah di atas 10 tahun, rata-rata 34 tahun.
4.3.5. Tanggungan Keluarga.
Jumlah tanggungan keluarga biasanya mempunyai korelasi dengan peningkatan pendapatan keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang ditanggung akan semakin banyak pula tingkat konsumsi rumah tangga. Hal ini akan merangsang petani untuk meningkatkan pendapatanya baik dengan meningkatkan skala usaha ataupun dengan melakukan diversifikasi usaha. Pengelompokan tanggungan keluarga dibagi menjadi tiga kategori yakni “kecil” jika tanggungannya kurang dari 4 orang, “sedang” jika tanggungan keluarganya 4-6 orang, dan “besar” jika tanggungan keluarganya lebih dari 6 orang. (Purwanti 2007)
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga Petani Padi Sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu 2014.

Besar tanggungan (Orang)
Jumlah KK
Persentase ((%)
< 4
11
18,33
4-6
32
53,33
>6
17
28,33

60
100,00
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 1, Tahun 2014.
Berdasarkan pada Tabel 9 dan (lampiran 1) terlihat bahwa sebagian besar petani responden memiliki jumlah anggota keluarga < 4 orang (11  KK) (18,33%), jumlah 4-6 orang sebanyak 32  KK (53,33%) dan jumlah > 6 orang sebanyak 17  KK (28,33%) orang per rumah tangga petani. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata rumah tangga petani di Desa Baumata merupakan tanggungan keluarga kecil, sedangkan rata-rata jumlah responden anggota rumah tangga petani padi sawah di Desa Baumata adalah : sebesar 4 0rang.
4.3.6. Produksi dan Produktivitas Usahatani Padi Sawah.
Produksi dalam usahatani adalah hasil yang diperoleh petani dari kegiatan kegiatan usahatani, sedangkan produktivitas adalah perbandingan antara hasil produksi dengan input yang digunakan.
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi rata-rata usahatani padi sawah di lokasi penelitian adalah sebesar 1,14 ton/responden, sedangkan produktivitas sebesar 4,22 ton/ Ha. Jika dibandingkan dengan produktivitas optimal dalam program supra insus sebesar 9 ton/ Ha, maka produktivitas ushatani padi sawah di lokasi penelitian masih sangat rendah.
4.4. Potensi Tenaga Kerja
4.4.1. Potensi Tenaga Kerja dalam Keluarga Responden Rumah Tangga Petani Padi Sawah di Desa Baumata
Potensi  tenaga kerja rumah tanggga padi sawah adalah jumlah tenaga kerja potensial yang dimiliki oleh suatu rumah tangga. Menurut Rukasah (1974) dalam Hernanto (1991), dalam setahun seorang tenaga kerja pria bekerja selama 300 hari kerja, tenaga kerja wanita bekerja selama 220 hari kerja dan tenaga kerja anak bekerja selama 140 hari kerja. Berdasarkan konsep ini maka dapat dihitung potensi tenaga kerja rumah tangga petani di daerah penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata potensi tenaga kerja yang dimiliki rumah tangga petani padi sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang adalah 995 hari kerja yang terdiri dari potensi tenaga kerja laki-laki 555 hari kerja, potensi tenaga kerja perempuan 359,33 hari kerja , potensi tenaga kerja anak 80,66 hari kerja. Data jumlah tenaga kerja dan potensi tenaga kerja rumah tangga petani padi sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang tahun 2014, secara lengkap dapat dilihat pada tabel 10 dan pada lampiran 2.
Tabel 10. Potensi Tenaga Kerja Rumah Tangga Petani Padi Sawah di Desa Baumata  Kecamatan Taebenu Kabupaten Kpang Tahun 2014.
No
Jenis tenaga kerja
Rata2
(Orang)
Potensi tenaga kerja (Hari Kerja)
1
Laki-laki
1,86

555

2
Perempuan
1,65

359,33

3
Anak
0,56

80,67

Jumlah
4,07
995

Sumber : Data primer diolah dari lampiran 2, Tahun 2014.
Menurut Rukasah (1974) dalam Hernanto (1991), satu hektar lahan kering menyerap tenaga kerja sebanyak 630 hari kerja, dan daerah sawah 870 hari kerja atau rata-rata 750 hari kerja. Karena penelitian ini dilakukan pada lahan sawah, maka digunakan konsep penyerapan tenaga kerja untuk lahan sawah sebesar 870 hari kerja per hektar sebagai patokan perhitungan  Mengacu pada data tabel 10 dan lampiran 1, potensi tenaga kerja dalam keluarga lebih besar dari kebutuhan tenaga kerja, dalam satu hektar lahan sawah. Apabila dikaitkan dengan luas lahan sawah rata-rata di daerah penelitian yang hanya sebesar 0,28 Ha, maka potensi tenaga kerja dalam kelurga yang ada sudah sangat berkelebihan.


4.5. Curahan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penentu dan tulang punggung dalam keberhasilan kegiatan usahatani yang digeluti. Dalam melakukan kegiatan usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan dari luar keluarga serta tenaga kerja mekanik. Curahan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan hari kerja pria (HKP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja manusia (Pria, Wanita, dan Anak) serta tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja yang digunakan ini berasal dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga dari luar keluarga yang digunakan berupa arisan dan tenaga kerja dari luar bersal dari kelompok tani yang saling tolong menolong. Berikut ini akan diuraikan 5 tahapan kegiatan usahatani padi sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang tahun 2014.
4.5.1. Pengolahan Lahan
   Pengolahan lahan di lokasi penelitian, petani menggunakan traktor tangan (handtractor) untuk mengolah tanah. Pada tahap ini antara lain tanah dibajak, tanah tersebut dibiarkan digenangi air selama beberapa hari (maksimal 4-5 hari) yang bertujuan agar tanah menjadi lembek dan tahap berikut yaitu menghancurkan gumpalan tanah sehingga tanah menjadi hancur serta perbaikan pematang yang berukuran kecil dan ditambal dengan tanah atau lumpur, tahap berikut yaitu sisir yang bertujuan untuk meratakan gumpalan-gumpalan tanah atau lumpur agar menjadi halus serta permukaan tanah menjadi rata dan membenamkan sisa-sisa rumput. Dari hasil wawancara, pada tahap ini membutuhkan tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja mesin, yang sumber tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Rata-rata alokasi waktu tenaga kerja pria dalam keluarga sebesar 3,84 HKP, alokasi tenaga kerja wanita dalam keluarga rata-rata sebesar 0,17 HKP.. jumlah alokasi waktu tenaga kerja dalam keluarga pada tahap pengolahan lahan sebanyak 3,84 HKP. Pada tahap ini alokasi waktu untuk tenaga kerja luar keluarga lebih besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja pria luar keluarga sebesar 2,64 HKP. Tenaga kerja mekanik pada tahap pengolahan lahan sebesar 40,36 HKP. Jumlah alokasi waktu tenaga kerja luar keluarga sebesar 43,00 HKP.  Total tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga pada tahap pengolahan lahan sebesar 4,84 HKP (lampiran 3 dan lampiran 4). Dalam tahap pengolahan lahan ini, dari hasil penelitian menyatakan bahwa di lokasi penelitian, petani tidak menggunakan tenaga kerja hewan, dengan alasan bahwa seiring pergantian jaman dan berkembangnya teknologi, petani mengubah teknik pengolahan lahan, dengan menggunakan tenaga mekanik (traktor tangan).
4.5.2. Penanaman
   Setelah benih ditaburkan (Pembibitan), bibit yang telah berumur 15-18 hari, siap untuk ditanam di lahan sawah. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa benih atau bibit yang digunakan oleh petani responden di Desa Baumata adalah benih varietas Ciherang dan IR. Pada tahap ini alokasi tenaga kerja dalam keluarga yang dibutuhkan rata-rata adalah  2,96 HKP. Alokasi waktu tenaga kerja pria dalam keluarga adalah rata-rata 1,83 HKP , dan tenaga kerja wanita 1,01 HKP, serta alokasi waktu tenaga kerja anak rata-rata 0,12 HKP. Sedangkan tenaga kerja dari luar keluarga pada tahap ini  lebih mendominasi adalah tenaga kerja wanita rata-rata adalah 5,02 HKP , diikuti dengan tenaga kerja pria luar keluarga rata-rata adalah 2,32 HKP . Rata-rata penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada tahap ini adalah 7,33 HKP . Total penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga pada tahap penanaman rata-rata sebesar 10,29 HKP. Dapat dilihat pada( lampiran 3 dan lampiran 4).
4.5.3. Pemupukan
Petani di lokasi sama sekali tidak menggunakan pupuk organik, tetapi mereka menggunakan pupuk anorganik. Pupuk yang digunakan oleh petani di lokasi penelitian adalah pupuk NPK, urea, TSP, dan KCL. Pada tahap ini hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yaitu pria dan wanita. Alokasi waktu yang digunakan tenaga kerja pria dalam keluarga rata-rata adalah 0,39 HKP. tenaga kerja wanita sebesar 0,19 HKP , dan total alokasi waktu tenaga kerja pria dan wanita dalam keluarga pada tahap pemupukan sebesar 0,58 HKP). (lampiran 3 dan lampiran 4).
4.5.4. Penyiangan dan Pembrantasan HPT
   Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma atau rumput liar serta pencabutan tanaman padi yang tidak sehat dan terserang pennyakit.penyiangan biasanya satu kali, yaitu sesudah pemupukan atau sesuai dengan kondisi yang tejadi pada tanaman padi tersebut.
Pemberantasan hama penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi yang terjadi yaitu sesuai dengan ada atau tidaknya hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman padi di daerah penelitian adalah walang sangit, wereng coklat,  kupu-kupu putih dan burung pipit dan penggerek batang. Dari hasil wawancara, hanya tenaga kerja pria dan wanita dalam keluarga yang dibutuhkan . Alokasi waktu tenaga kerja pria rata-rata adalah 8,31 HKP, dan alokasi waktu tenaga kerja wanita dalam keluarga rata-rata adalah : 5,40 HKP, dan total alokasi waktu pria dan wanita dalam keluarga pada tahap ini rata-rata adalah : 13,71 HKP. (lampiran 3 dan lampiran 4).
4.5.5. Panen
   Padi sawah dapat dipanen saat biji padi sudah menguningg malainya, sekitar 95 %. Sedangkan jika panen menurut perkiraan umur tergantung pada  benih padi yang ditanam, ada yang panen ketika padi berumur 100 hari dan ada juga panen setelah padi berumur lebih dari 100 hari. Penentuan waktu panen yang tepat sangat berpengaruh pada kualitas biji padi dan butiran beras yang dihasilkan. Padi yang terlalu mudah akan menyebabkan persentase biji kosong tinggi. Sedangkan panen yang terhambat akan menyebabka biji padi pecah saat digiling (mol) atau hasil panen berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai.
Lamanya pemanenan tergantung dari luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Rata-rata lamanya pemanenan di lokasi penelitian yaitu satu (1) hari. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, baik itu pria , wanita dan anak. Alokasi waktu untuk tenaga kerja pria dalam keluarga pada tahap ini rata-rata adalah 2,02 HKP, tenaga kerja wanita dalam keluarga adalah rata-rata 1,22 HKP , dan alokasi tenaga kerja anak dalam keluarga rata-rata adalah 0,01 HKP, pada tahap ini peran dari tenaga kerja anak sangat rendah. Jumlah alokasi waktu tenaga kerja dalam keluarga pada tahap ini rata-rata adalah : 3,24 HKP. Pada tahap panen peran aktivitas dari tenaga kerja luar keluarga sangat tinggi antara lain alokasi waktu tenaga kerja pria luar keluarga adalah rata-rata 2,50 HKP, tenaga kerja wanita luar keluarga adalah rata-rata 5,46 HKP,.rata-rata alokasi waktu tenaga kerja luar keluarga adalah 7,97 HKP. Total penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga pada tahap panen rata-rata sebesar 11,21 HKP.(lampiran 3 dan lampiran 4). Setelah musim panen padi berakir, petani dilokasi penelitian melanjutkan usaha mereka dengan melakukan penanaman jagung, kacang tanah, sayur serta usaha lainnya.
Tabel 11. Analisis rata-rata curahan tenaga kerja  Pria, Wanita, Anak dan Mekanik pada Usahatani Padi Sawah di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.
No
Tahapan
 Kegiatan
ALOKASI WAKTU TENAGA KERJA (HKP)
DALAM KELUARGA
LUAR KELUARGA
P
W
A
JMLH
P
W
MK
JMLH
TOTAL
1
Pengolahan lahan
3,84
0,17

4,01
2,64

40,36
43
47,01
2
Penanman
1,83
1,01
0,12
2,96
2,32


7,34
10,3
3
Pemupukan
0,39
0,19

0,58




0,58
4
Penyianag/pemebrantasan HPT
8,31
5,4

13,71




13,71
5
Panen
2,02
1,,22
0
3,24

2,5

7,96
11,2
JUMLAH
16,39
7,99
0,12
24,5

7,46
40,36
58,3
82,8
Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 3 dan 4,Tahun  2014.
Keterangan :
P :Tenaga kerja Pria;
W : Tenaga kerja Wanita;
 A : Tenaga Kerja Anak.


4.6. Total Curahan Tenaga Kerja
4.6.1.Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga
Penyerapan tenaga kerja dalam keluarga adalah sebesar 24,5 HKP / 0,28/Ha atau 88 HKP / Ha. Jadi penyerapan tenaga kerja  dalam  keluarga pada usahatani padi sawah adalah sebesar 88 HKP.. Jika dibandingkan dengan potensi tenaga kerja dalam keluarga sebesar 995 Hari Kerja, maka penyerapan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani pada usahatani sawah masih sangat kecil. Hal ini disebabkan karena kegiatan petani padi sawah di lokasi penelitian juga termasuk lahan kering (ladang) dan beternak. Jadi sebagian tenaga kerja dalam keluarga dicurahkan untuk kegiatan – kegiatn itu.
4.6.2. Total Curahan Tenaga Kerja Luar Keluarga
Penyerapan tenaga kerja luar keluarga sebesar 58,3 HKP / 0,28 Ha, atau 208,21 HKP / Ha. Jadi, penyerapan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sawah adalah sebesar 208,21 HKP dalam satu tahun satu musim panen/tanam. Di lokasi penelitian  dalam satu tahun satu kali panen, jadi penyerapan tenaga kerja luar keluarga  dalam satu tahun adalah 208,21 HKP.          





4.7. Perbandingan Potensi dan Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Usahatani Padi Sawah Di Desa Baumata.
Perbandingan Potensi dan Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga di lokasi penelitian disajikan pada tabel 12.
Tabel 12. Perbandingan potensi dan curahan tenaga kerja dalam keluarga(Ha).
Potensi (HK)
Curahan tenaga kerja (HKP)
Total  (HKP)

Dalam keluarga
Luar keluarga

995
88
208,21
296
Sumber : diolah dari data primer  tahun 2015
            Menurut Rukassah (1974), dalam 1 Ha lahan sawah dalam satu tahun menyerap tenaga kerja sebesar 870 Hari Kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan melihat potensi tenaga kerja di lokasi penelitian sebesar 995 hari kerja serta total curahan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 88 HKP / Ha, maka dapat dilihat bahwa curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di lokasi penelitian masih sangat kecil, hal ini disebabkan karena kegiatan petani di lokasi penelitian juga termasuk lahan kering (berladang), beternak, kegiatan rumah tangga dan social lainnya. Sedangkan curahan tenaga kerja luar keluarga lebih besar yakni 208,21 HKP / Ha. Hal ini terjadi karena petani padi sawah di lokasi penelitian menggunakan sistem arisan tenaga kerja, biasanya penggunaan tenaga krja secara begilir sesuai dengan tahapan kegiatan pertanian yang dibutuhkan oleh petani, biasanya arisan tenaga kerja ini lebih digunakan pada tahap pengolahan lahn, penanaman dan panen. Sehingga hampir semua tahapan kegiatan usahatani padi sawah melibatkan tenaga kerja luar keluarga, kecuali pada tahap kegiatan pemupukan serta penyiangan dan pemeberantasan HPT.
            Penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sawah di daerah penelitian juga berkaitan dengan tradisi yang berlaku di daerah penelitian tersebut. Secara turun temurun sudah berlaku kebiasaan bahwa pada tahap pengolahan tanah dan penanaman petani mengundang kaum kerabat untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Kaum kerabat tersebut nantinya akan dilibatkan dalam kegiatan panen dan akan mendapatkan imbalan innatura berupa gabah yang banyaknya tergantung dari hasil panen yang diperoleh petani. Upah innatura untuk kegiatan penanaman adalah 40 bleg untuk semua tenaga kerja yang terlibat. Sedangkan upah untuk panen adalah sebesar 1 bleg untuk setiap tenaga kerja dalam sehari.
Secara keseluruhan, total curahan tenaga kerja  (dalam keluarga dan luar keluarga) pada usahatani padi sawah di daerah penelitian adalah 82,8 HKP per 0,28 Ha, atau 296 HKP / Ha. Jadi, dalam satu tahun ( satu kali tanam), curahan tenaga kerja total pada usahatani padi sawah di daerah penelitian  sebesar 296 HKP. Jika kita bandingkan total curahan tenaga kerja di lokassi penelitian dengan pendapat dari Rukasah (1974) yang menyatakan bahwa 1 Ha lahan sawah dalam satu tahun menyerap 870 Hari Kerja, maka curahan tenaga kerja di daerah penelitian masih jauh dari angka tersebut. Kondisi ini tentu akan berakibat pada produksi dan produktivitas padi sawah di daerah penelitian yang masih kecil, yaitu hanya 1,14 ton / 0,28 Ha, atau 4,22 ton / Ha.



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa :
1.      Potensi tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di desa Baumata rata-rata 995 hari kerja per rumah tangga petani, terdiri dari potensi tenaga kerja  pria 555 hari kerja, potensi tenaga kerja wanita 359,33 hari kerja dan potensi tenaga kerja anak 80,6 hari kerja.
2.      Curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa Baumata dari seluruh rangkaian kegiatan pertanian dari pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan/pemebrantasan HPT, serta panen antara lain, jumlah ini dirinci sebagai berikut : Pria , Wanita, Anak adalah sebear 88 HKP / Ha
3.      Curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa Baumata masih sangat kecil. Potensi tenaga kerja sebesar 995 hari kerja, sedangkan curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah di Desa Baumata hanya sebesar 88 Hari Kerja Pria (HKP).






5.2. Saran
1.      Pemerintah, dalam hal ini petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL), mensosialisasi terkait waktu kerja yang efektif yang sesuai dengan kondisi alam setempat.
2.      Petani, seharusnya lebih memperhatikan dan mengoptimalkan waktu kerja yang lebih baik, hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja dalam keluarga di Desa Baumata hanya sebesar 88 HKP.












DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usahatani. Penerbit Alumni. Bandung.
Ashari, 2010. Peranan Perbankan Nasional dalam Pembiayaan Sektor Pertanian
 di Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta
Bakri. 2000. Ilmu Usahatani. Cempaka Putih. Jakarta
BPS NTT,2013. NTT dalam angka 2012, Badan Pusat Statistik NTT
BPS Kabupaten Kupang dalam angka 2013, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang.
BPS Kabupaten Kupang,Kecamatan  Taebenu dalam angka 2013.Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang.
Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penerbit Swadaya, Jakarta
Larasati, 2012. Efisiensi Alokatif Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Petani padi di Desa Sambirejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Universitas Brawijaya. Malang.
Mosher. A.T.1991. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Penerbit CV Jasaguna, Jakarta.
Mubyarto, 1994. Pengantar  Ekonomi Pertanian. Penerbit LP3ES, Jakarta.
Mantra, 1985, Migrasi Desa-Kota, Yogyakarta, PPK, UGM
Pellokila, M.R.,1993. Transformasi Peranan Ekonomi Sektor Pertanian dan Masalah Ketenagakerjaan Makalah Seminar Problematika Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta.
Purwanti, 2007. Kajian Tenaga Kerja Dalam Pembangunan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Soeharjo dan Patong, 1984.Sandi-Sandi Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Ilmu Pertanian, IPB Bogor.
Soekartiwi , dkk.,1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press, Jakarta.
Tohir. K.A., 1983. Pengetahuan Tentang Usahatani Indonesia, Bina Aksara. Jakarta.
Tumanggor D. S. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Coklat di Kabupaten Dairi. Skripsi, IPB Bogor.
Yuniawan, A.I. 2012. Faktor-Faktor yang Berpenaruh terhadap Produksi Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Ciamis Galuh. Ciamis.




















                                                         










Tidak ada komentar:

Posting Komentar